Jumat, 05 April 2013

Tafsir Al Waqiah Ayat 75-96

Ayat 75-87: Sumpah Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap keagungan Al Qur’an, dan bahwa ia turun dari Rabbul ‘aalamin dan penjelasan terhadap hal yang akan menimpa manusia ketika sakratul maut.

فَلا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ (٧٥) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (٧٦) إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (٧٧) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (٧٨) لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ (٧٩)تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٨٠) أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (٨١)وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ (٨٢) فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (٨٣) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (٨٤) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لا تُبْصِرُونَ (٨٥)فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ (٨٦) تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٨٧)

Terjemah Surat Al Waqiah Ayat 75-87

75. [1]Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.

76. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui[2],  

77. dan (ini) sesungguhnya Al Quran yang sangat mulia,

78. dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh)[3],

79. tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan[4].

80. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam[5].

81. Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al Qur’an)?[6]

82. [7]Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya[8].

83. Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika nyawa telah sampai di kerongkongan,

84. dan kamu ketika itu melihat,

85. dan Kami lebih dekat kepadanya[9] daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat,

86. maka mengapa jika kamu memang tidak dikuasai (oleh Allah)[10],

87. kamu tidak mengembalikannya (nyawa itu)[11] jika kamu orang yang benar?[12]

Ayat 88-96: Penjelasan tentang tempat kembali tiga golongan di atas, dan bahwa Kiamat adalah hak dan yakin.

 

فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ (٨٨) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ (٨٩) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (٩٠) فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (٩١) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ (٩٢) فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ (٩٣) وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (٩٤) إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ (٩٥) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (٩٦)

Terjemah Surat Al Waqiah Ayat 88-96

88. [13]Jika dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah)[14],

89. maka dia memperoleh ketenteraman[15] dan rezeki[16] serta surga (yang penuh) kenikmatan[17].

90. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan[18],

91. maka, “Salam[19] bagimu (wahai) dari golongan kanan!”[20] (sambut malaikat).

92. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat[21],

93. maka dia disambut siraman air yang mendidih,

94. dan dibakar di dalam neraka[22].

95. Sungguh, inilah[23] keyakinan yang benar[24].

96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar[25].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan bintang dan mawaaqi’, yakni jatuhnya di tempat tenggelamnya dan apa yang Allah adakan pada waktu itu berupa kejadian-kejadian yang menunjukkan kebesaran-Nya, keagungan-Nya dan keesaan-Nya. Dan pada ayat selanjutnya, Dia perbesar perkara sumpah ini.

[2] Sumpah ini dipandang besar karena pada bintang dan peredarannya serta jatuhnya di tempat tenggelamnya terdapat ayat-ayat dan pelajaran yang tidak dapat dijumlahkan. Sedangkan isi sumpahnya adalah mengukuhkan Al Qur’an, dan bahwa dia adalah benar tanpa ada keraguan lagi. Demikian pula bahwa Al Qur’an adalah bacaan yang mulia, yang banyak kebaikan dan pengetahuannya. Bahkan setiap kebaikan dan ilmu diambil dan digali darinya.

[3] Yakni tertutup dari penglihatan makhluk, yaitu Lauh Mahfuzh. Maksudnya, Al Qur’an ini tertulis dalam Lauh Mahfuzh, dimuliakan di sisi Allah dan di sisi para malaikat-Nya. Bisa juga maksud ‘kitab yang terpelihara’ adalah kitab yang berada di tangan-tangan para malaikat, dimana Allah menurunkan mereka dengan membawa wahyu-Nya. Sedangkan maksud ‘terpelihara’ adalah tertutup dari setan, dimana mereka tidak sanggup merubahnya, mengurangi dan mencurinya.

[4] Yakni tidak ada yang menyentuh Al Qur’an selain hamba-hamba yang disucikan, yaitu para malaikat yang yang mulia, dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyucikan mereka dari dosa-dosa dan cacat. Menurut sebagian ulama, ayat ini mengingatkan, bahwa tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang suci. Oleh karena itu, ada yang berpendapat, bahwa ayat ini meskipun bentuknya berita, namun terdapat larangan, yaitu tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang suci.

[5] Maksudnya, Al Qur’an yang telah disebutkan sifatnya itu turun dari Allah Tuhan Yang Mengurus seluruh alam; Dia mengurus hamba-hamba-Nya dengan nikmat-nikmat dunia dan agama, dimana di antara kepengurusan-Nya kepada mereka yang paling besarnya adalah dengan menurunkan Al Qur’an ini yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi mereka agar mereka dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Hal ini menunjukkan, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala setelah menciptakan mereka, maka Dia tidak membiarkan mereka begitu saja, bahkan tetap mengurus mereka dengan nikmat-nikmat-Nya baik nikmat dunia berupa rezeki maupun nikmat agama berupa petunjuk. Dengan Al Qur’an Allah berikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang mereka tidak sanggup untuk mensyukurinya. Oleh karena itu, mereka harus menjunjung tinggi isi Al Qur’an, mengamalkannya dan mendakwahkannya.

[6] Maksudnya, apakah terhadap kitab yang agung dan peringatan yang bijaksana ini kamu meremehkan; kamu menyembunyikannya karena takut kepada manusia, takut celaan dan cercaan mereka? Ini tidaklah pantas. Yang pantas diremehkan adalah berita yang tidak dapat dipercaya orang yang menceritakannya. Adapun Al Qur’anul Karim, maka ia adalah kebenaran, dimana tidak ada yang melawannya kecuali ia akan kalah. Oleh karena itu, ia layak untuk diberitakan dan disampaikan secara terang-terangan.

[7] Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Orang-orang mendapat siraman hujan pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, (maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda), “Pada pagi hari ini di antara manusia ada yang bersyukur dan ada yang kufur.” Mereka (yang bersyukur) berkata, “Ini adalah rahmat (dari Allah).” Sebagian mereka (yang kufur) berkata, “Sungguh, bintang ini dan itu telah benar.” Maka turunlah ayat ini, “Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sampai ayat, “Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya.

Imam Nawawi berkata, “Syaikh Abu ‘Amr rahimahullah, yakni Ibnu Shalaah berkata, “Bukanlah maksudnya, bahwa semua ayat ini turun berkenaan ucapan ‘benar bintang ini dan itu’, karena perkara tentang itu dan tafsirnya tidak menghendaki demikian, bahkan hanya turun berkenaan firman Allah Ta’ala, “Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya.” (Terj. Al Waaqi’ah: 82) Selebihnya turun tidak berkenaan dengan itu, akan tetapi bersamaan waktu turunnya sehingga disebutkan semuanya karena sebab itu.” Syaikh Abu ‘Amr rahimahullah juga berkata, “Di antara hal yang menunjukkan demikian adalah bahwa pada sebagian riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma tentang hal ini terbatas pada bagian ini (ayat 82) saja.”

[8] Yaitu karena menyandarkan turunnya hujan kepada bintang ini dan itu, padahal hujan turun karena karunia Allah dan rahmat-Nya. Hal ini sama saja mendustakan dan mengkufuri nikmat Allah karena menyandarkan nikmat kepada selain yang memberinya. Oleh karena itu, mengapa kamu tidak bersyukur kepada Allah atas ihsan-Nya kepada kamu karena telah menurunkan kepadamu karunia-Nya, padahal sikap kufur dan mendustakan dapat mencabut nikmat itu dan menggantinya dengan azab.

[9] Yakni dengan ilmu Kami dan malaikat Kami.

[10] Bisa juga diartikan, “Maka mengapa jika kamu memang tidak akan diberi balasan,”

[11] Ke dalam jasad.

[12] Ketika itu, kamu di antara dua pilihan; membenarkan apa yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam atau tetap membangkang setelah mengetahui kebenarannya dan kamu akan memperoleh tempat kembali yang buruk.

[13] Allah Subhaanahu wa Ta'aala di awal surah telah menyebutkan tiga golongan; golongan orang-orang yang didekatkan, golongan kanan dan golongan kiri (golongan yang mendustakan lagi sesat) dan keadaan mereka di akhirat. Selanjutnya di akhir surah ini, Allah menyebutkan keadaan mereka menjelang wafat.

[14] Menurut Syaikh As Sa’diy, yaitu mereka yang mengerjakan perkara wajib dan sunat, meninggalkan yang haram dan yang makruh dan perkara mubah yang berlebihan.

[15] Yakni ketenangan, kegembiraan dan kenikmatan lahir-batin.

[16] Raihaan pada ayat tersebut adalah nama yang mencakup segala kenikmatan yang diterima badan, berupa makanan, minuman, dan lain-lain.

[17] Yakni yang menggabung rauh (ketenteraman) dan raihaan, dimana di dalamnya terdapat sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan terlintas di hati manusia.

Orang yang didekatkan dengan Allah, maka akan diberi kabar gembira dengan kabar gembira itu yang membuat ruhnya melayang dari jasad karena gembira dan senang. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".--- Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.---Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Terj. Fushshilat: 30-32) Dalam ayat lain Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. (Terj. Yuunus: 64).

[18] Menurut Syaikh As Sa’diy, yaitu mereka yang mengerjakan kewajiban dan meninggalkan hal yang haram, meskipun terjadi pengurangan pada sebagian hak yang tidak merusak tauhid dan iman mereka.

[19] Yakni selamat dari azab.

[20] Bisa maksudnya, “Salam bagimu dari saudara-saudaramu yang berada di golongan kanan,” yakni mereka (golongan kanan) akan mengucapkan salam dan menyambutnya ketika ia sampai dan bertemu dengan mereka. Atau maksudnya, “Salam bagimu dari musibah, cobaan dan azab karena engkau termasuk golongan kanan yang selamat dari dosa-dosa yang membinasakan.”

[21] Yaitu mereka yang mendustakan kebenaran dan tersesat dari petunjuk.

[22] Yang mengepung mereka, dimana apinya membakar sampai ke hati, dan apabila mereka meminta minuman karena sangat haus, maka mereka mereka diberi minuman seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah (lihat Al Kahfi: 29).

[23] Yakni pemberian balasan terhadap kebaikan dan keburukan yang dilakukan hamba serta rinciannya.

[24] Yang tidak ada keraguan lagi, bahkan benar dan pasti terjadi. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah memberikan buktinya baik dari dalil ‘aqli (akal) maupun naqli yang menunjukkan demikian sehingga hal itu di kalangan orang-orang yang berakal seakan-akan dirasakan oleh mereka dan disaksikannya. Maka mereka memuji Allah Subhaanahu wa Ta'aala atas nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada mereka berupa hidayah irsyad (petunjuk) maupun hidayah taufiq (bantuan dari Allah untuk menjalankan petunjuk itu). Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.”

[25] Maka Mahasuci Allah Tuhan kita Yang Mahaagung dari apa yang diucapkan orang-orang yang zalim dan ingkar dengan ketinggian yang besar, dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam dengan pujian yang banyak, baik lagi diberkahi.

Selesai tafsir surah Al Waaqi’ah dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamin.

7 komentar: