Jumat, 05 April 2013

Tafsir Al Hadid Ayat 1-12

Surah Al Hadiid (Besi)

Surah ke-57. 29 ayat. Madaniyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-6: Bertasbihnya makhluk kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan penjelasan tentang sifat dan kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala; dimana di Tangan-Nya kerajaan segala sesuatu.

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (١) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢) هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٣) هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٤) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ (٥) يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٦)

Terjemah Surat Al Hadid Ayat 1-6

1. [1]Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[2].

2. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi[3], Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

3. Dialah Yang Awal, Yang Akhir[4], Yang Zhahir dan Yang Bathin[5]; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu[6].

4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari[7]; kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy[8]. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi[9] dan apa yang keluar dari dalamnya[10], apa yang turun dari langit[11] dan apa yang naik ke sana[12]. Dan Dia bersama kamu[13] di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan[14].

5. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi[15]. Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan[16].

6. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam[17]. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati[18].

Ayat 7-12: Ajakan kepada kaum muslimin untuk bersikap dermawan dan berinfak di jalan Allah untuk meninggikan Islam dan agar kaum muslimin memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan bahwa segala sesuatu pada hakikatnya milik Allah Subhaanahu wa Ta'aala, maka jangan merasa berat menginfakkan hartanya di jalan Allah.

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ (٧) وَمَا لَكُمْ لا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (٨) هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (٩) وَمَا لَكُمْ أَلا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (١٠) مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ (١١) يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١٢)

Terjemah Surat Al Hadid Ayat 7-12

7. [19]Berimanlah[20] kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah)[21]. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan meinfakkannya (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar[22].

8. [23]Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji(setia)mu[24], jika kamu orang-orang mukmin[25].

9. Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang[26] (Al Quran) kepada hamba-Nya (Muhammad) untuk mengeluarkan kamu[27] dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)[28]. Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

10. Dan mengapa kamu tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, padahal milik Allah semua pusaka langit dan bumi?[29] [30]Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah)[31]. Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. [32]Allah menjanjikan kepada masing-masing[33] mereka (balasan) yang lebih baik (surga). Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan[34].

11. [35]Barang siapa meminjamkan kepada Allah[36] pinjaman yang baik[37], maka Allah akan mengembalikannya berlipat-ganda untuknya[38], dan baginya pahala yang mulia.

12. [39]Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka[40], (dikatakan kepada meraka), "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung[41].”


[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang keagungan-Nya, kebesaran-Nya dan luasnya kerajaan-Nya, yaitu bahwa semua yang ada di langit dan di bumi baik makhluk hidup yang bisa berbicara maupun yang diam dan lainnya serta benda-benda mati bertasbih dengan memuji Tuhannya serta mensucikan-Nya dari segala yang tidak layak dengan keagungan-Nya, dan bahwa semuanya taat kepada Allah Tuhannya dan tunduk kepada keperkasaan-Nya, dimana tampak di sana atsar (pengaruh) hikmah(kebijaksanaan)-Nya. Oleh karena itu, Dia berfirman, Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

[2] Dalam ayat ini terdapat penjelasan meratanya rasa butuh makhluk baik yang berada di alam bagian atas maupun alam bagian bawah kepada Tuhannya dalam semua keadaannya. Demikian pula terdapat penjelasan meratanya keperkasaan-Nya kepada segala sesuatu dan meratanya kebijaksanaan-Nya pada ciptaan-Nya dan pada perintah-Nya. Dan pada ayat selanjutnya, Dia memberitahukan tentang meratanya kepemilikan-Nya.

[3] Dia yang menciptakannya, memberi rezeki dan mengaturnya dengan kekuasaan-Nya.

[4] Yang dimaksud dengan Al Awal ialah, yang tidak ada sesuatu pun sebelum-Nya, Al Akhir ialah yang tidak ada sesuatu pun setelah-Nya.

[5] Maksud Azh Zhahir ialah, yang tidak ada sesuatu pun di atas-Nya, dan Al Bathin ialah yang tidak ada sesuatu pun di bawah-Nya. Dengan demikian, nama-Nya Azh Zhaahir menunjukkan tingginya Dia di atas semua makhluk-Nya, sedangkan nama-Nya Al Baathin menunjukkan bahwa ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang menghalangi-Nya, pendengaran-Nya mengena kepada semua suara dan penglihatan-Nya menembus semua makhluk-Nya (Lihat Anwaarul Hilaalain fit Ta’aqqubaat ‘alal Jalaalain oleh Dr. Abdurrahman Al Khumais).

[6] Ilmu-Nya meliputi segala yang tampak maupun yang tersembunyi, yang samar maupun yang tertutup, perkara yang dahulu maupun yang akan datang.

[7] Dimulai dari hari Ahad dan diakhiri pada hari Jum’at. Adapun hari Sabtu, tidak terjadi penciptaan, karena ia adalah hari ketujuh, sehingga dari sanalah dinamakan Sabtu, yang artinya berhenti.

Hari di sini menurut sebagian ulama seperti hari di dunia, namun ada yang berpendapat bahwa satu hari tersebut lamanya 1.000 tahun sebagaimana dinyatakan Mujahid dan Imam Ahmad, wallahu a’lam.

[8] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla, di atas semua makhluk-Nya.

[9] Seperti air hujan, benih, orang-orang yang telah mati dan lainnya.

[10] Seperti tumbuhan, hewan dan barang tambang.

[11] Seperti malaikat, taqdir, rezeki, rahmat dan azab.

[12] Seperti malaikat, ruh, amal-amal, doa-doa hamba dan lainnya.

[13] Dengan ilmu-Nya. Hal ini seperti dalam firman Allah Ta’ala, “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tidak ada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tidak ada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Terj. Al Mujaadilah: 7) Oleh karena itu, pada akhir ayat Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjanjikan untuk memberikan balasan terhadap amal yang dikerjakan hamba.

[14] Yakni Dia melihat amal yang muncul dari kamu dan apa yang muncul dari amal itu, baik atau buruk, lalu Dia akan memberikan balasan terhadapnya dan menjaganya untukmu.

[15] Yakni milik-Nya, ciptaan-Nya dan hamba-Nya. Dia bertindak pada mereka dengan apa yang Dia kehendaki berupa perkara qadari maupun syar’i yang berjalan di atas hikmah (kebijaksanaan) Rabbani.

[16] Baik amal maupun orang-orang yang mengerjakannya, lalu Dia akan menunjukkan amalan itu kepada mereka. Dia akan memisahkan yang baik dan yang buruk dan akan memberi balasan kepada orang yang berbuat ihsan karena ihsannya dan orang yang berbuat buruk karena keburukannya.

[17] Yang dimaksud dengan memasukkan malam ke dalam siang adalah menjadikan malam lebih panjang dari siang, dan memasukkan siang ke dalam malam ialah menjadikan siang lebih panjang dari malam sebagaimana yang terjadi pada musim panas dan dingin. Namun menurut Syaikh As Sa’diy, Dia (Allah) akan memasukkan malam ke dalam siang sehingga malam meliputi mereka (manusia) dengan kegelapannya, dan mereka pun bisa tenang dan beristirahat, kemudian Dia masukkan siang ke dalam malam, lalu menyingkirlah kegelapan yang menimpa bumi dan alam sekitarnya pun menjadi terang sehingga para hamba dapat beraktifitas serta bangun untuk maslahat dan penghidupan mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala senantiasa memasukkan malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam serta mempergilir di antara keduanya dalam hal bertambah lama dan berkurangnya, lama dan singkat sehingga tegaklah musim-musim itu dan zaman pun berlalu dengan lurus, serta terwujudlah berbagai maslahat dari itu, maka Mahasuci Allah Rabbul ‘aaalamiin, dan Mahatinggi Dia Yang Maha Mulia lagi Pemurah, dimana Dia telah melimpahkan kepada hamba-hamba-Nya nikmat-nikmat yang tampak maupun tersembunyi.

[18] Sehingga Dia memberi taufiq orang yang Dia ketahui layak mendapatkannya dan menelantarkan orang yang Dia ketahui tidak cocok mendapatkan hidayah.

[19] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan apa yang dibawanya. Demikian pula memrintahkan mereka berinfak di jalan-Nya dari harta yang Dia jadikan pada tangan mereka dan menjadikan mereka menguasainya agar Dia melihat apa yang mereka lakukan dengannya. Setelah Dia memerintahkan demikian, Dia mendorong mereka untuk melakukannya dengan menyebutkan pahala bagi orang yang melakukannya.

[20] Menurut sebagian mufassir adalah perintah untuk tetap beriman.

[21] Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. Hak milik pada hakikatnya adalah pada Allah. Oleh karena itu, manusia menginfakkan hartanya harus mengikuti hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena itu tidak boleh kikir dan boros.

Menurut sebagian mufassir bahwa ayat ini turun berkenaan dengan perang Tabuk yang ketika itu membutuhkan banyak biaya.

[22] Orang yang menggabung antara beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan berinfak di jalan-Nya, bagi mereka pahala yang besar, dimana yang paling besarnya adalah memperoleh keridhaan Tuhan mereka, mendapatkan tempat kemuliaan-Nya (surga) dengan kenikmatan yang kekal yang ada di dalamnya.

[23] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sebab yang mendorong mereka beriman.

[24] Yaitu dengan berbai’at kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Atau maksudnya, perjanjian ruh Bani Adam sebelum dilahirkan ke dunia bahwa Dia mengakui, bahwa Tuhannya ialah Allah dan tidak menyembah selain kepada-Nya (lihat surah Al A’raaf: 172).

[25] Yakni, apa yang menghalangimu untuk beriman, padahal Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah rasul yang paling utama dan da’i paling mulia yang mengajak kamu kepada Allah. Yang demikian mengharuskan seseorang untuk segera memenuhi seruannya dan menyambutnya, dan lagi Dia (Allah) telah mengambil perjanjian dari kamu untuk beriman jika kamu memang orang-orang mukmin. Di samping itu, karena kelembutan dan perhatian-Nya kepada kamu, Dia tidak membatasi dengan seruan rasul yang mulia saja, bahkan Dia menguatkan rasul tersebut dengan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran yang dibawanya, terutama sekali adalah dengan Al Qur’an.

[26] Yang menunjukkan kepada akal bahwa apa yang dibawanya adalah benar.

[27] Dengan rasul yang diutus-Nya dan apa yang diturunkan-Nya kepadanya berupa kitab (Al Qur’an) dan hikmah (As Sunnah).

[28] Yakni dari gelapnya kebodohan dan kekafiran kepada cahaya ilmu dan keimanan. Ini termasuk rahmat dan kasih-Nya kepada kamu, dimana Dia lebih sayang kepadamu daripada sayangnya ibu kepada anaknya.

[29] Maksudnya, apa yang menghalangimu untuk berinfak di jalan Allah, yakni di semua jalan kebaikan, padahal kamu tidak memiliki apa-apa, bahkan milik Allah-lah pusaka langit dan bumi, dimana semua harta akan berpindah dari tanganmu atau kamu yang memindahkannya kemudian kepemilikan akan kembali kepada Pemiliknya yang sebenarnya, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Oleh karena itu, berinfaklah selama harta itu masih ada pada kamu dan Dia berjanji akan menggantinya untukmu dengan yang lebih baik.

[30] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan tingkatan amal sesuai keadaan dan hikmah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[31] Sebagian mufassir menafsirkan penaklukan di sini dengan perjanjian Hudaibiyah. Hal itu, karena dengan adanya perjanjian damai itu agama Islam menjadi tersebar, kaum muslimin dapat bercampur baur dengan orang-orang kafir dan bisa mendakwahi mereka sehingga ketika itu banyak manusia yang masuk ke dalam agama Allah, padahal sebelumnya kaum muslimin tidak bisa berdakwah pada selain tempat yang sudah masuk Islam seperti Madinah dan sekitarnya, namun setelah ada perjanjian itu, kaum muslimin dapat memperluas dakwah mereka. Demikian juga sebelum ada perjanjian itu, orang yang masuk ke dalam agama Islam disakiti dan diancam, berbeda dengan setelahnya. Oleh karena itulah, orang yang masuk Islam sebelum penaklukkan Fat-h (penaklukkan), berinfak dan berperang lebih besar derajat, pahala dan balasannya daripada orang yang masuk Islam setelahnya.

[32] Oleh karena kelebihan yang Allah berikan kepada orang-orang yang masuk Islam sebelum Fat-h (penaklukkan) bisa saja menimbulkan kesan terdapat kekurangan dan cela pada orang-orang yang yang masuk Islam setelah Fat-h, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghilangkan kesan ini dengan firman-Nya pada lanjutan ayat di atas.

[33] Yang masuk Islam sebelum dan setelah Fat-h. Ayat ini menunjukkan keutamaan para sahabat semuanya radhiyallahu 'anhum, karena Allah bersaksi terhadap keimanan mereka dan menjanjikan mereka surga.

[34] Dia akan memberikan balasan kepada masing-masing di antara kamu sesuai yang Dia ketahui dari amalmu.

[35] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mendorong untuk berinfak di jalan-Nya, karena jihad membutuhkan infak dan pengorbanan harta.

[36] Yaitu dengan menginfakkan hartanya di jalan Allah.

[37] Yaitu mengeluarkannya karena Allah dari harta yang baik dan dengan kerelaan hatinya.

[38] Dari sepuluh menjadi lebih dari tujuh ratus sebagaimana yang diterangkan di surah Al Baqarah: 261. Ini termasuk kemurahan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena Dia menamainya pinjaman, padahal semua harta adalah milik-Nya dan semua hamba adalah hamba-Nya, namun Dia menyebutnya pinjaman dan menjanjikan ganti yang berlipat-ganda, sedangkan Dia Maha Pemurah lagi Maha Pemberi. Pelipatgandaan tersebut adalah pada hari Kiamat, hari dimana manusia tampak sekali kefakirannya dan butuh kepada balasan yang baik.

[39] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan keutamaan iman dan betapa orang-orang yang memiliknya sangat senang sekali memilikinya pada hari Kiamat.

[40] Pada hari Kiamat, ketika matahari digulung dan bulan diredupkan cahayanya sedangkan manusia berada dalam kegelapan, dan jembatan telah dibentangkan di atas neraka Jahanam, maka ketika itu engkau akan melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan bersinar cahayanya di depan dan di sebelah kanan mereka, lalu mereka berjalan dengan cahaya mereka pada tempat yang sungguh menegangkan itu. Masing-masing mendapatkan cahaya sesuai kadar keimanannya, dan ketika itu mereka diberi kabar gembira dengan kabar gembira yang paling besar.

[41] Demi Allah, sungguh manis kabar gembira ini di hati mereka dan sungguh nikmat dalam diri mereka, karena mereka mendapatkan semua yang diinginkan dan selamat dari keburukan dan apa yang ditakuti.

2 komentar: