Kamis, 04 April 2013

Tafsir Al Muddatstsir Ayat 26-48

Ayat 26-31: Sifat neraka yang diancamkan kepada orang-orang kafir dan para penjaganya.

  سَأُصْلِيهِ سَقَرَ (٢٦) وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ (٢٧) لا تُبْقِي وَلا تَذَرُ    (٢٨) لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ (٢٩) عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ (٣٠) وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلا مَلائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلا هُوَ وَمَا هِيَ إِلا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ (٣١)

Terjemah Surat Al Muddatstsir Ayat 26-31

26. Kelak, Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar[1].

27. Dan tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu[2]?

28. Ia (Saqar itu) tidak meninggalkan dan tidak membiarkan[3],

29. yang menghanguskan kulit manusia.

30. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)[4].

31. Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat[5]: dan Kami menentukan bilangan mereka itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang kafir[6], agar orang-orang yang diberi Kitab menjadi yakin[7], agar orang yang beriman bertambah imannya[8], agar orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu[9]; dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit[10] dan orang-orang kafir berkata[11], "Apakah yang dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki[12] dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki[13]. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri[14]. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia[15].

Ayat 32-48: Keadaan yang mengerikan di neraka Jahanam dan sebab yang memasukkan orang-orang yang berdosa ke dalamnya.

كَلا وَالْقَمَرِ (٣٢) وَاللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ (٣٣) وَالصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ (٣٤)إِنَّهَا لإحْدَى الْكُبَرِ (٣٥) نَذِيرًا لِلْبَشَرِ (٣٦) لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ (٣٧) كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ (٣٨) إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ (٣٩) فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ (٤٠) عَنِ الْمُجْرِمِينَ    (٤١) مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (٤٢) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (٤٣) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (٤٤) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (٤٥) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (٤٦) حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ   (٤٧) فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ (٤٨)

Terjemah Surat Al Muddatstsir Ayat 32-48

32. Tidak![16] Demi bulan[17],

33. dan demi malam ketika telah berlalu,

34. dan demi Subuh apabila mulai terang,

35. Sesungguhnya (Saqar) itu adalah salah satu bencana yang sangat besar,

36. sebagai peringatan bagi manusia,

37. (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang ingin maju atau mundur[18].

38. Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya[19],

39. kecuali golongan kanan,

40. berada di dalam surga, mereka saling menanyakan[20],

41. tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa[21],

42. "Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?"

43. Mereka menjawab, "Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan shalat,

44. dan kami (juga) tidak memberi makan orang miskin[22],

45. bahkan kami biasa berbincang untuk tujuan yang batil[23], bersama orang-orang yang membicarakannya,

46. dan kami mendustakan hari pembalasan[24],

47. sampai datang kepada kami kematian[25].”

48. Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat (pertolongan) dari orang-orang yang memberikan syafaat[26].


[1] Saqar adalah salah satu nama neraka Jahannam.

[2] Kalimat ini adalah untuk memperbesar perkaranya.

[3] Yang dimaksud dengan tidak meninggalkan dan tidak membiarkan ialah bahwa neraka itu akan melahap daging, urat, syaraf dan kulit mereka kemudian mereka dikembalikan lagi seperti semula untuk diazab kembali, sedangkan mereka dalam keadaan tidak hidup dan tidak mati.

[4] Yang kasar dan keras; yang tidak mendurhakai perintah Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan.

[5] Sehingga mereka tidak dapat dikalahkan karena kuatnya mereka.

[6] Sehingga mereka berkata, “Mengapa jumlahnya sembilan belas?” Agar diketahui siapa yang membenarkan dan siapa yang mendustakannya. Atau maksud ‘sebagai cobaan’ adalah sebagai azab dan hukuman bagi orang-orang kafir.

[7] Karena sembilan belas jumlah malaikat itu sesuai dengan yang disebutkan dalam kitab mereka, dan ketika mereka mendapatkan kesamaan, maka bertambahlah keyakinan mereka.

[8] Yang demikian karena orang-orang mukmin setiap kali diturunkan ayat kepada mereka, maka mereka mengimani dan membenarkannya sehingga iman mereka bertambah.

[9] Tentang jumlah malaikat yang menjaga itu. Atau maksudnya, agar keragu-raguan dan syak hilang dari mereka. Inilah tujuan yang agung yang diperhatikan sekali oleh orang-orang yang berakal, yaitu berusaha agar keyakinan mereka bertambah,. Demikian pula iman mereka di setiap waktu.

[10] Yaitu penyakit syak (keragu-raguan), syubhat dan kemunafikan.

[11] Dalam keadaan bingung dan ragu serta kafir kepada ayat-ayat Allah.

[12] Seperti orang yang mengingkari jumlah itu.

[13] Seperti halnya orang yang membenarkan jumlah itu. Atau maksudnya, bahwa orang yang diberi petunjuk oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala, maka Dia jadikan apa yang diturunkan-Nya kepada rasul-Nya sebagai rahmat baginya, penambah iman dan agamanya. Sebaliknya orang yang disesatkan-Nya, maka Dia jadikan apa yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya sebagai penambah kesengsaraan dan kebingungan. Dengan demikian, kita wajib menerima apa yang Allah dan Rasul-Nya beritakan meskipun kita belum mengetahui hikmahnya.

[14] Yakni tidak ada yang mengetahui jumlah tentara Allah (seperti jumlah malaikat) selain Dia Subhaanahu wa Ta'aala. Jika kamu tidak mengetahui jumlah tentara-Nya, maka apabila Dia Yang Maha Mengetahui lagi Mahateliti memberitakan, hendaknya kamu membenarkan berita-Nya tanpa meragukan lagi.

[15] Bisa juga maksudnya, bahwa peringatan yang disebutkan itu maksudnya bukanlah main-main, bahkan maksudnya adalah agar manusia dapat menyadari apa yang bermanfaat bagi mereka sehingga mereka melakukannya dan menyadari apa yang membahayakannya sehingga mereka meninggalkannya.

[16] Maksud ‘tidak’ adalah bantahan terhadap ucapan orang-orang musyrik yang mengingkari hal-hal tersebut di atas. Ada pula yang mengatakan, bahwa kata “Kallaa” di ayat ini artinya “Alaa” (Ingatlah!).

[17] Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan bulan, dengan malam ketika berlalu dan dengan Subuh ketka semakin terang karena semuanya (bulan, malam dan Subuh) mengandung ayat-ayat Allah yang agung yang menunjukkan kesempurnaan Allah dan kebijaksanaan-Nya, luasnya keperkasaan-Nya, meratanya rahmat-Nya dan meliputnya ilmu-Nya. Yang disumpahi adalah neraka yang merupakan salah satu bencana yang sangat besar. Apabila Dia telah memberitahukan tentangnya dan kamu pun sudah mengetahuinya dengan jelas, maka barang siapa yang ingin maju dengan mengerjakan amal yang mendekatkan kepada Tuhannya, meraih keridhaan-Nya dan mendapatkan surganya, maka dipersilahkan, dan barang siapa yang ingin mundur dari itu sehingga ia mengerjakan maksiat dan mendekatkan dirinya ke neraka, maka dipersilahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan katakanlah, "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (Terj. Al Kahfi: 29)

[18] Yang dimaksud dengan maju ialah maju menerima peringatan dan yang dimaksud dengan mundur ialah tidak mau menerima peringatan.

[19] Yaitu perbuatannya yang buruk, ia terikat dengan perbuatannya itu dan telah dikalungkan ke lehernya serta berhak masuk neraka.

[20] Di antara sesama mereka.

[21] Sebagian mereka berkata kepada yang lain, “Maukah kamu melihat orang-orang yang berdosa itu?” Maka mereka pun melihatnya berada di tengah neraka sambil bertanya, “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke neraka Saqar…dst.” Yakni dosa apa yang menyebabkan kamu masuk ke neraka itu?

[22] Dengan demikian, mereka tidak berbuat ikhlas kepada Allah dengan melaksanakan shalat dan tidak berbuat ihsan kepada manusia yang membutuhkan.

[23] Pembicaraannya batil dan dimaksudkan untuk menolak yang hak.

[24] Ini merupakan pengaruh dari berbincang untuk tujuan yang batil, yaitu mendustakan kebenaran, dan kebenaran yang paling benar adalah hari pembalasan, hari dimana amal manusia diberikan balasan dan tampak kerajaan Allah dan hukum-Nya yang adil kepada semua makhluk.

[25] Sedang kami di atas sikap dan keyakinan seperti itu.

[26] Seperti para malaikat, para nabi dan orang-orang saleh, karena mereka tidaklah memberi syafaat kecuali kepada orang yang diridhai Allah, sedangkan amal mereka tidak diridhai Allah.

1 komentar: