Kamis, 04 April 2013

Tafsir Al Insan Ayat 1-11

Surah Al Insan (Manusia)

Surah ke-76. 31 ayat. Makkiyyah

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-4: Penjelasan tentang kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam menciptakan manusia, dan ujian-Nya kepada mereka dengan kebaikan dan keburukan.

هَلْ أَتَى عَلَى الإنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا (١) إِنَّا خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (٢)إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا (٣) إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَلاسِلا وَأَغْلالا وَسَعِيرًا (٤)

Terjemah Surat Al Insan Ayat 1-4

1. [1]Bukankah pernah datang kepada manusia satu waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

2. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[2] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan)[3], karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat[4].

3. Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus[5]; ada yang bersyukur[6] dan ada pula yang kufur.

4. [7]Sungguh, Kami telah menyediakan bagi orang-orang yang kafir[8] rantai[9], belenggu[10] dan neraka yang menyala-nyala[11].

Ayat 5-11: Balasan Allah kepada orang-orang yang berbuat kebajikan dan sebab mereka mendapat balasan tersebut.

  إِنَّ الأبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا (٥)عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا (٦) يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا (٧) وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (٨) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا (٩) إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (١٠) فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (١١)

Terjemah Surat Al Insan Ayat 5-11

5. Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan[12] akan minum dari gelas (berisi minuman arak) yang campurannya adalah air kafur[13],

6. (yaitu) mata air (dalam surga)[14] yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya[15].

7. [16]Mereka memenuhi nazar[17] dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana[18].

8. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya[19] kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan[20].

9. (sambil berkata[21]), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu[22].

10. Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan.”

11. Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan[23] dan kegembiraan[24].


[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman memberitahukan tentang manusia, bahwa Dia mengadakannya setelah sebelumnya ia (manusia) sebagai sesuatu yang belum bisa disebut karena hina dan lemahnya. Syaikh As Sa’diy berkata, “Allah menyebutkan dalam surah yang mulia ini keadaan pertama manusia; awalnya, pertengahannya dan akhirnya. Allah menyebutkan bahwa telah berlalu atasnya masa yang panjang yaitu sebelum ia terwujud, sedangkan ia dalam keadaan tidak ada, bahkan tidak bisa disebut. Kemudian ketika Allah Subhaanahu wa Ta'aala hendak menciptakan manusia, Dia menciptakan bapak mereka, yaitu Adam dari tanah, kemudian menjadikan keturunannya secara berturut-turut dari mani yang bercampur, yakni air yang hina dan dipandang kotor.”

[2] Maksudnya, bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.

[3] Ada pula yang menafsirkan mengujinya dengan asal penciptaannya, yaitu dari mani. Yakni agar Kami mengetahui secara nyata apakah ia ingat kepada keadaan pertamanya dan sadar akhirnya mengikuti kebenaran dan tidak sombong ataukah ia lupa sehingga terpedaya oleh dirinya.

[4] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mewujudkannya, menciptakan kemampuan luar dan dalam seperti pendengaran dan penglihatan serta anggota badan yang lain, lalu Allah menyempurnakannya dan menjadikannya tidak cacat sehingga ia dapat mencapai maksudnya. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus rasul dan menurunkan kitab kepadanya untuk menunjukkan jalan kepada Allah, mendorongnya serta memberitahukan tentang apa yang akan diperolehnya ketika sampai kepada Allah. Demikian pula Allah memberitahukan jalan yang mengarah kepada kebinasaan, menakut-nakutinya dan memberitahukan tentang apa yang akan didapatkannya ketika jalan itu ditempuhnya. Dia menguji manusia dengan dua jalan itu, maka manusia terbagi menjadi dua; ada yang bersyukur kepada nikmat Allah itu sehingga ia pun melaksanakan hak-hak-Nya yang dibebankan kepadanya, dan ada pula yang kufur kepada nikmat Allah itu baik nikmat agama maupun dunia, ia menolaknya, kafir kepada Tuhannya dan malah menempuh jalan yang mengarah kepada kebinasaan.

[5] Dengan menurunkan kitab dan mengutus para rasul.

[6] Yakni beriman.

[7] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan keadaan dua orang itu (yang bersyukur dan yang kufur) ketika diberikan balasan.

[8] Yakni kafir kepada Allah, mendustakan rasul-rasul-Nya dan berani berbuat maksiat.

[9] Mereka dibelit di neraka dengannya sebagaimana firman Allah Ta’ala di surah Al Haaqqah: 32, “Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.”

[10] Tangan mereka dibelenggu ke leher dengan belenggu-belenggu itu.

[11] Yang membakar badan mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha bijaksana.” (Terj. An Nisaa’: 56) Azab ini menimpa mereka selama-lamanya.

[12] Yakni orang-orang yang taat, atau orang-orang yang baik hatinya karena ada kecintaan kepada Allah dan mengenal-Nya dalam hatinya serta akhlak yang mulia sehingga anggota badan mereka menjadi baik dan mereka gunakan untuk berbuat baik.

[13] Untuk menyejukkannya dan mengurangi ketajaman minuman itu.

[14] Yakni minuman yang enak itu tidak perlu mereka takut kehabisan, bahkan minuman itu ada sumbernya yang tidak akan habis, yaitu mata air yang selalu melimpah dan mengalir yang dipancarkan oleh hamba-hamba Allah ke mana saja yang mereka mau.

[15] Yakni mengarahkannya ke tempat yang mereka mau, baik ke istana, ke rumah mereka, ke majlis-majlis mereka, ke kebun mereka atau ke tempat lainnya, dan airnya mengalir tanpa perlu parit (galian).

[16] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan amal mereka secara garis besar sehingga mereka layak memperoleh balasan yang nikmat itu.

[17] Jika nadzar yang pada awalnya sunat lalu mereka wajibkan sendiri mereka penuhi lalu bagaimana dengan kewajiban yang asli (yang memang awalnya wajib)? Tentu mereka lebih memenuhi lagi.

[18] Mereka takut kalau-kalau azab itu menimpa mereka. Oleh karena itulah, mereka tinggalkan semua perbuatan yang dapat mendatangkan azab itu.

[19] Mereka suka kepada makanan tersebut, tetapi mereka lebih mengutamakan kecintaan Allah daripada hawa nafsu mereka, dan mereka utamakan memberi kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan karena mereka adalah orang yang paling membutuhkan.

[20] Yakni yang ditahan karena yang hak.

[21] Dengan lisanul hal (keadaan) atau lisanul maqaal (ucapan).

[22] Baik balasan harta maupun pujian lisan.

[23] Di muka-muka mereka.

[24] Di hati-hati mereka. Dengan demikian, mereka menggabung antara kenikmatan luar dengan kenikmatan dalam.

5 komentar:

  1. subhanalloh...sungguh mulia orang-orang yang menjalankan ibadah hanya kepada Alloh dan teramat mudah hamba-hamba Alloh unutk mendapatkan pahala banyak jalan untuk meraih surga

    BalasHapus
  2. aneh banget, "Muslim" kok diterjemahkanya "Islam"
    Muslim = Taat
    Islam = Selamat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Muslim itu adalah orang yang menganut ajaran Islam

      Hapus
  3. Footnote nomor 1: berulang-ulang dinyatakan dalam tafsir ini bahwa air mani itu hina dan kotor. Padahal dalam ayat 2 diatas sama sekali tidak ada pernyataan tersebut. Oleh karena itu penafsir perlu menjelaskan rujukan apa yang dipakai untuk itu? Padahal air mani itu bukan najis.Yang kotor adalah air seni (kencing) yang juga keluar dari zakar (penis). Air seni kotor karena mengandung sisa2 makanan dan minuman sehingga sama dengan sampah. Sebaliknya air mani mengandung sumber pembentuk kehidupan yang akan berfungsi ketika memasuki indung telur.
    Dengan menyatakan air mani itu hina dan kotor sebetulnya merendahkan derajat manusia. Padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi. Pada Surat At Tin juga disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
    Oleh karena itu tolong agar penafsir segera mengoreksi pernyataan yang keliru tersebut
    Terima kasih

    BalasHapus