Rabu, 03 April 2013

Tafsir Al Haaqqah Ayat 25-37

Ayat 25-37: Keadaan orang kafir pada hari itu, yaitu diberi catatan amal dengan tangan krinya.

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ (٢٥)وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ (٢٦) يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ (٢٧)مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ (٢٨)هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ (٢٩) خُذُوهُ فَغُلُّوهُ (٣٠) ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ (٣١) ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ (٣٢) إِنَّهُ كَانَ لا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ (٣٣) وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (٣٤) فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَا هُنَا حَمِيمٌ (٣٥) وَلا طَعَامٌ إِلا مِنْ غِسْلِينٍ (٣٦) لا يَأْكُلُهُ إِلا الْخَاطِئُونَ (٣٧)

25. [1]Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata[2], "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku[3].

26. Sehingga aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku[4].

27. Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu.

28. [5]Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku.

29. Kekuasaanku telah hilang dariku[6]."

30. (Allah berfirman[7]), "Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya.”

31. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.

32. Kemudian belitlah dia dengan rantai[8] yang panjangnya tujuh puluh hasta.

33. [9]Sesungguhnya Dialah orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar.

34. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin[10].

35. Maka pada hari ini[11] di sini tidak ada seorang teman pun baginya[12].

36. Dan tidak ada makanan (baginya) kecuali dari darah dan nanah.

37. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa[13].


[1] Orang-orang yang celaka diberikan catatan amal mereka yang buruk dengan tangan kiri mereka untuk memisahkan mereka dengan yang lain dan untuk menghinakan mereka sekaligus membuka aib mereka.

[2] Dalam keadaan sedih dan duka.

[3] Karena ia diberi kabar gembira dengan masuk ke neraka dan mendapatkan kesengsaraan yang kekal.

[4] Yakni alangkah baiknya aku menjadi sesuatu yang dilupakan, tidak dibangkitkan dan tidak dihisab.

[5] Selanjutnya ia melihat kepada harta dan kekuasaannya, ternyata menjadi musibah baginya, tidak berguna baginya di akhirat dan tidak bisa dipakai menebus dirinya dari azab Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[6] Tentara yang banyak telah menghilang, perlengkapan yang kuat telah sirna dan kedudukan telah tiada.

[7] Kepada para malaikat Zabaniyyah yang keras dan kasar.

[8] Yang panas.

[9] Sebab ia diazab dengan azab yang demikian rupa adalah karena dia tidak beriman kepada Allah, yakni kafir kepada-Nya, menentang para rasul-Nya dan menolak kebenaran yang mereka bawa.

[10] Dalam hatinya tidak ada rasa kasih sayang kepada orang-orang miskin, tidak memberi mereka makan, atau jika tidak mempunyai harta untuk disedekahkan, mereka tidak juga mau mendorong orang lain untuk memberi makan orang-orang miskin.

Ayat ini dan ayat sebelumnya menunjukkan bahwa sumber kebahagiaan terletak pada dua, yaitu ikhlas yang asalnya adalah beriman kepada Allah, dan berbuat ihsan kepada makhluk dengan berbagai macam bentuknya, dimana di antara yang paling besarnya adalah menutupi kebutuhan pokok orang-orang yang membutuhkan seperti memberi mereka makan.

[11] Yakni hari Kiamat.

[12] Sehingga ia merasakan penderitaan luar dan dalam, luar dengan disiksa dan dalam dengan kesedihan yang bertumpuk-tumpuk tanpa ada teman yang memberikan syafaat untuknya agar ia dapat selamat dari azab Allah. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya.” (Terj. Ghaafir: 18)

[13] Yang tidak menempuh jalan yang lurus, bahkan menempuh jalan ke neraka. Oleh karena itulah, mereka berhak mendapatkan azab yang pedih.

2 komentar: