Ayat 40-51: Pertarungan antara kebenaran dan kebatilan, sepakatnya para pesihir bahwa apa yang ditunjukkan Nabi Musa ‘alaihis salam adalah mukjizat bukan sihir dan keimanan mereka kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ السَّحَرَةَ إِنْ كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ (٤٠) فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لأجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ (٤١) قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (٤٢) قَالَ لَهُمْ مُوسَى أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ (٤٣) فَأَلْقَوْا حِبَالَهُمْ وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ (٤٤)فَأَلْقَى مُوسَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ (٤٥)فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ (٤٦) قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ (٤٧) رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ (٤٨) قَالَ آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَسَوْفَ تَعْلَمُونَ لأقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلافٍ وَلأصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ (٤٩) قَالُوا لا ضَيْرَ إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنْقَلِبُونَ (٥٠) إِنَّا نَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطَايَانَا أَنْ كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ (٥١
Terjemah Surat Asy Syu’araa Ayat 40-51
40. agar kita mengikuti para pesihir itu jika mereka menang[1]."
41. Maka ketika para pesihir datang, mereka berkata kepada Fir'aun, "Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan yang besar[2] jika kami menang?"
42. Dia (Fir'aun) menjawab, "Ya, dan bahkan kamu pasti akan mendapat kedudukan yang dekat (kepadaku)[3].”
43. [4]Dia (Musa) berkata kepada mereka[5], "Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan[6].”
44. Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka seraya berkata, "Demi kekuasaan Fir'aun, pasti kami yang akan menang[7].”
45. Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu[8].
46. [9]Maka menyungkurlah para pesihir, bersujud (kepada Allah),
47. Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam,
48. (yaitu) Tuhan Musa dan Harun[10].”
49. Dia (Fir'aun) berkata, "Mengapa kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu[11]. Nanti kamu pasti akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang[12] dan sungguh, akan kusalib kamu semuanya.”
50. Mereka berkata[13], "Tidak ada yang kami takutkan, karena kami akan kembali kepada Tuhan kami[14],
51. Sesungguhnya kami sangat menginginkan sekiranya Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami menjadi orang yang pertama-tama beriman[15].”
[1] Maksudnya adalah bahwa mereka mengharapkan para pesihir itulah yang akan menang agar mereka tetap di atas agama mereka dan tidak mengikuti Musa. Jika mereka ingin mencari kebenaran, tentunya mereka mengatakan, “Agar kita mengikuti yang hak di antara mereka,” oleh karena itulah ketika Nabi Musa ‘alaihis salam yang menang, mereka tetap saja tidak mengikuti, dan hanya penegakkan hujjah saja atas mereka.
[2] Seperti harta dan kedudukan.
[3] Fir’aun menjanjikan imbalan dan kedudukan yang dekat untuk mereka agar mereka semakin semangat dan mengerahkan semua kemampuannya untuk mengalahkan Nabi Musa ‘alaihis salam.
[4] Ketika mereka semua telah berkumpul, baik para pesihir, Nabi Musa ‘alaihis salam dan penduduk Mesir, maka Nabi Musa ‘alaihis salam mengingatkan lebih dulu, “Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa, dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.” (Terj. Thaha: 61) Ketika itulah para pesihir bertengkar, sebagian mengatakan, bahwa perkataannya bukanlah perkataan pesihir, tetapi perkataan seorang nabi, sedangkan yang lain mengatakan, bahwa ia pesihir, lalu Fir’aun mendorong mereka untuk maju melawan Nabi Musa ‘alaihis salam dan antara sesama mereka pun saling mendorong untuk maju.
[5] Yakni setelah mereka (para pesihir) menawarkan, apakah Musa yang melempar lebih dulu ataukah mereka.
[6] Dengan maksud untuk membatalkan sihir mereka dan menunjukkan bahwa yang dibawanya bukanlah sihir.
[7] Kata “Bi’izzati” bisa maksudnya mereka meminta pertolongan dengan kekuasaan Fir’aun; makhluk yang lemah dari berbagai sisi, hanya karena ia seorang yang kejam dan ditakuti, sebagai raja dan punya tentara, sehingga kebesarannya membuat mereka tertipu, dan pandangan mereka tidak melihat hakikat yang sebenarnya. Bisa juga maksud, “Bi’izzati”adalah sumpah mereka dengan kekuasaan Fir’aun.
[8] Maksudnya, tali temali dan tongkat-tongkat yang dilemparkan para pesihir itu terbayang seolah-olah menjadi ular, semuanya ditelan oleh tongkat Musa yang benar-benar menjadi ular.
[9] Ketika mereka menyaksikan hal tersebut, dan mereka mengetahui bahwa itu bukanlah tipuan pesihir, tetapi salah satu di antara ayat Allah, sebagai mukjizat yang membuktikan kebenaran Nabi Musa’alaihis salam dan apa yang Beliau bawa, maka mereka beriman kepada Allah dan bersujud kepada-Nya sambil berkata, “Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam…dst.”
[10] Mereka mengetahui, bahwa apa yang mereka saksikan itu tidak bisa dilakukan dengan sihir. Ketika itu kebatilan kalah, para tokohnya mengakui kebatilannya dan kebenaran tampak jelas, akan tetapi Fir’aun tidak menghendaki selain bersikap angkuh dan sombong serta tetap di atas kekafirannya.
[11] Padahal Fir'aun dan para pemukanya yang menyuruh mengumpulkan para pesihir dan mereka pun mengetahui, bahwa para pesihir itu belum pernah berkumpul dengan Musa dan belum pernah melihatnya. Lalu Fir’aun membesar-besarkan ucapan ini agar dianggap benar oleh kaumnya, padahal ia mengetahui tidak benarnya ucapan ini.
[12] Maksudnya, memotong tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya.
[13] Ketika merasakan manisnya iman.
[14] Bagaimana pun keadaannya, yaitu setelah kami mati.
[15] Di masa kami. Mungkin saja Fir’aun melakukan yang dia ancamkan kepada mereka itu, dan mungkin juga Allah menghalanginya sehingga ancaman itu tidak dilakukannya, wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar