Rabu, 20 Maret 2013

Tafsir Al Isra Ayat 12-25

Ayat 12-17: Di antara nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba-hamba-Nya, setiap manusia akan ditanya tentang amalnya, setiap manusia memikul dosanya sendiri, dan pembinasaan Allah kepada negeri-negeri yang zalim.

وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلا (١٢) وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا (١٣) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا (١٤) مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا (١٥) وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا (١٦)وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ وَكَفَى بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا (١٧

Terjemah Surat Al Isra Ayat 12-17

12. Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kekuasaan Kami[1]), kemudian Kami hapuskan tanda malam[2] dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang, agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui[3] bilangan tahun dan perhitungan (waktu)[4]. Dan segala sesuatu[5] telah Kami terangkan dengan jelas[6].

13. Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya[7]. Dan pada hari kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab[8] dalam keadaan terbuka.

14. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghisab atas dirimu[9].”

15. Barang siapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul[10].

16. Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami akan perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu[11] (agar menaati Allah), tetapi apabila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

 

17. Dan berapa banyak kaum setelah Nuh yang telah Kami binasakan[12]. Dan cukuplah Tuhanmu Yang Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya[13].

Ayat 18-21: Perbedaan antara orang yang mengejar dunia dan bagian yang diperolehnya dengan orang yang mengejar akhirat dan memperoleh kebahagiaan yang besar.

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (١٨) وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (١٩)كُلا نُمِدُّ هَؤُلاءِ وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا (٢٠)انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا (٢١

Terjemah Surat Al Isra Ayat 18-21

18. Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki[14] kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir[15].

19. Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat[16] dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh[17] sedangkan dia beriman[18], maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik[19].

20. Kepada masing-masing golongan baik golongan ini (yang menginginkan dunia) maupun golongan itu (yang menginginkan akhirat) Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi[20].

21. Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain)[21]. Dan kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaannya[22].

Ayat 22-25: Peringatan terhadap perbuatan syirk dan pentingnya berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua.

لا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولا (٢٢) وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا (٢٣) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (٢٤) رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلأوَّابِينَ غَفُورًا (٢٥

Terjemah Surat Al Isra Ayat 22-25

22. Janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau menjadi tercela dan terhina[23].

23. [24]Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia[25] dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak[26]. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"[27] dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik[28].

24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang[29] dan ucapkanlah[30], "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil[31].”

25. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu[32]; jika kamu orang yang baik[33], maka sungguh, Dia Maha Pengampun kepada orang yang bertobat[34].


[1] Dan luasnya rahmat-Nya. Demikian pula terdapat tanda, bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Dia.

[2] Yakni Kami hapuskan cahayanya dengan kegelapan agar kalian dapat beristirahat.

[3] Dengan bergantinya malam dan siang, serta berubahnya keadaan bulan.

[4] Lalu dari sana kamu membuat perncanaan terhadap hal yang bermaslahat bagimu.

[5] Yang dibutuhkan.

[6] Agar semuanya dapat dibedakan, dan agar yang hak menjadi jelas dari yang batil.

[7] Mujahid berkata, “Tidak ada anak yang lahir, kecuali di lehernya ada selembar catatan, tertulis di sana (apakah) ia orang yang bahagia atau celaka?” Syaikh As Sa’diy berkata, “Apa yang dikerjakannya baik atau buruk, Allah jadikan melekat pada dirinya tidak berpindah kepada yang lain. Oleh karena itu, ia tidaklah dihisab dengan amal orang lain, dan orang lain tidaklah dihisab dengan amalnya.”

[8] Yang di sana tercatat amal-amalnya; baik dan buruk, kecil dan besar.

[9] Hal ini termasuk keadilan yang paling besar.

[10] Yang menerangkan kepadanya kewajibannya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala Maha Adil, Dia tidaklah mengazab sampai hujjah tegak. Adapun orang yang tunduk mengikuti hujjah itu atau yang tidak sampai kepadanya hujjah-Nya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan mengazabnya.

[11] Yaitu para pemimpinnya.

[12] Seperti kaum ‘Aad, Tsamud, kaum Luth, dan lain-lain. Allah mengazab mereka ketika mereka banyak melakukan kemaksiatan dan kekafiran mereka semakin besar.

[13] Oleh karena itu, janganlah mereka takut dizalimi-Nya, karena Dia memberikan hukuman sesuai amal mereka.

[14] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyegerakan untuknya perhiasan dunia yang Dia kehendaki sesuai yang dicatat-Nya di Al Lauhul Mahfuzh untuk orang itu. Akan tetapi, hal itu hanyalah kesenangan yang sementara dan tidak kekal baginya.

[15] Dari rahmat. Ia memperoleh kehinaan dan azab.

[16] Dia ridha kepada akhirat dan lebih mengutamakan akhirat daripada dunia.

[17] Sesuai kemampuannya.

[18] Kepada rukun iman yang enam.

[19] Yakni diterima dan diberi pahala. Meskipun demikian, mereka tidak kehilangan bagian di dunia, karena masing-masingnya mendapat kemurahan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Oleh karena itu, barang sapa yang mencari akhirat, maka dia akan memperoleh pula dunia, ibarat orang yang menanam padi akan tumbuh rumput. Sebaliknya orang yang mencari dunia, maka dia tidak memperoleh akhirat, ibarat orang yang menanam rumput tidak tumbuh padi.

[20] Bahkan semua makhluk mendapatkan karunia dan ihsan-Nya.

[21] Di dunia, dengan luas dan sedikitnya rezeki, mudah dan susahnya, berpengetahuan dan yang tidak berpengetahuan, yang berakal cerdas dan yang kurang, dan lain sebagainya di antara perkara yang Allah bedakan antara yang satu dengan yang lain.

[22] Daripada dunia. Oleh karena itu, kenikmatan dunia dibandingkan akhirat, tidak ada apa-apanya dari berbagai sisi. Oleh karenanya kehidupan akhirat harus lebih diutamakan dan diberi perhatian lebih.

[23] Maksudnya, janganlah kamu meyakini bahwa ada seorang di antara makhluk yang berhak disembah, dan janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu pun di antara makhluk-Nya, karena yang demikian dapat mengakibatkan kamu menjadi orang yang tercela lagi terlantar (tidak ada yang menolongnya baik dalam urusan agama maupun dunia). Ayat ini juga menunjukkan, bahwa barang siapa yang bergantung kepada selain Allah, maka dia akan menjadi orang terlantar, karena tidak ada satu pun makhluk yang dapat memberi manfaat kepada orang lain kecuali dengan izin Allah. Sebaliknya, barang siapa yang mengesakan-Nya, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya dan bergantung kepada-Nya saja, maka dia terpuji lagi mendapat pertolongan dalam semua keadaannya.

[24] Setelah Allah melarang perbuatan syirk dalam ayat sebelumnya, maka di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan kita untuk mentauhidkan-Nya.

[25] Karena Dia Mahaesa, Dia memiliki semua sifat sempurna, sifat yang dimiliki-Nya adalah sifat yang paling agung; yang tidak mirip dengan seorang pun dari makhluk-Nya, Dia yang memberikan segala nikmat dan menghindarkan segala bencana, Dia yang mencipta, Dia yang memberi rezeki, dan Dia yang mengatur segala urusan, Dia sendiri saja dalam semua itu. Oleh karena itu, hanya Dia yang berhak disembah.

[26] Dengan berbagai bentuk perbuatan ihsan, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan.

[27] Kata-kata “Ah” adalah perbuatan menyakiti orang tua yang paling ringan. Jika mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak diperbolehkan, apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan yang lebih kasar dari itu.

[28] Yakni perkataan yang dicintai keduanya serta menenteramkan hati keduanya, dan hal ini disesuaikan dengan keadaan, kebiasaan dan zaman.

[29] Karena hendak mencari pahala, bukan karena takut atau berharap sesuatu dari keduanya, dan maksud-maksud lain yang tidak berpahala.

[30] Di waktu mereka hidup atau sudah meninggal.

[31] Dari ayat ini dapat dipahami, bahwa jika pendidikan yang diberikan banyak, maka semakin bertambah pula haknya. Oleh karena itu, orang yang mendidik seseorang dalam urusan agama dan dunianya dengan pendidikan yang baik selain kedua orang tuanya, maka dia memiliki hak terhadap orang yang dididik. Orang yang dididik perlu mendoakan kebaikan kepadanya, karena melalui pendidikan darinya, ia memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman.

[32] Berupa menyembunyikan rasa berbakti atau tidak, dan perkara yang baik atau yang buruk. Dia tidak memperhatikan rupamu, akan tetapi memperhatikan hati dan amalmu.

[33] Yakni taat kepada Allah, atau harapanmu adalah keridhaan Allah serta perhatianmu tertuju kepada hal yang dapat mendekatkan dirimu kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan memasukkanmu ke dalam surga-Nya.

[34] Yakni orang yang banyak kembali kepada Allah di setiap waktu. Dia mengampuni sikap kurang mereka dalam memenuhi hak kedua orang tua, seperti sikap kurang sabar, dsb. yang timbul dari tabi’at kemanusiaan. Demikian pula mengampuni perkara-perkara kurang baik yang terkadang timbul selama tidak terus menerus.

3 komentar: