Kamis, 14 Maret 2013

Tafsir ‘Abasa

Surah ‘Abasa (Bermuka Masam)

Surah ke-80. 42 ayat. Makkiyyah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-16: Kisah seorang sahabat yang buta yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengenal agama dan teguran kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam karena berpaling darinya.

عَبَسَ وَتَوَلَّى (١) أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى (٢)وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (٣)أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (٤) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (٥) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى   (٦) وَمَا عَلَيْكَ أَلا يَزَّكَّى (٧) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (٨)وَهُوَ يَخْشَى (٩) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (١٠)كَلا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (١١) فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ (١٢) فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ (١٣) مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ     (١٤) بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (١٥) كِرَامٍ بَرَرَةٍ                   (١٦)

Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 1-16

1. [1]Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling,

2. karena seorang buta telah datang kepadanya[2].

3. [3]Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya[4],

4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya[5]?

5. adapun orang yang merasa dirinya serba cukup[6],

6. maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya.

7. Padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman).

8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),

9. sedang dia takut (kepada Allah),

10. engkau (Muhammad) malah mengabaikannya.

11. Sekali-kali jangan (begitu)[7]! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan[8],

12. maka barang siapa menghendaki, tentulah dia akan memerhatikannya[9],

13. [10]di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (di sisi Allah)[11],

14. yang ditinggikan[12] dan disucikan[13],

15. di tangan para utusan (malaikat)[14],

16. yang mulia lagi berbakti[15].

Ayat 17-23: Peringatan Allah kepada manusia yang tidak tahu hakikat dirinya, dan bagaimana dia sampai ingkar kepada Tuhannya padahal nikmat-nikmat terus turun melimpah kepadanya.

قُتِلَ الإنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (١٧) مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ (١٨) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (١٩) ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ (٢٠) ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ (٢١) ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ (٢٢) كَلا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ (٢٣

Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 17-23

17. Celakalah manusia[16]! Alangkah kufurnya dia[17]!

18. Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya?

19. Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menentukannya[18].

20. Kemudian jalannya Dia mudahkan[19],

21. kemudian Dia mematikannya lalu menguburkannya[20],

22. kemudian jika Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali[21].

23. Sekali-kali jangan begitu! Dia (manusia) itu belum melaksanakan apa yang Dia (Allah) perintahkan kepadanya.

Ayat 24-32: Bukti-bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala di alam semesta.

فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ (٢٤) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا (٢٥) ثُمَّ شَقَقْنَا الأرْضَ شَقًّا (٢٦) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا (٢٧)وَعِنَبًا وَقَضْبًا (٢٨)وَزَيْتُونًا وَنَخْلا (٢٩) وَحَدَائِقَ غُلْبًا (٣٠) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (٣١) مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ (٣٢

Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 24-32

24. [22]Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya,

25. Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit),

26. kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,

27. lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian,

28. dan anggur dan sayur-sayuran,

29. dan zaitun dan pohon kurma[23],

30. dan kebun-kebun (yang) rindang,

31. dan buah-buahan[24] serta rerumputan[25],

32. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu[26].

Ayat 33-42: Kedahsyatan hari Kiamat, keadaan kaum mukmin dan kaum kafir pada hari itu.

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ (٣٣) يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (٣٤) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (٣٥) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (٣٦) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (٣٧) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ (٣٨) ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ (٣٩)وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ (٤٠) تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ (٤١) أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ (٤٢

Terjemah Surat ‘Abasa Ayat 33-42

33. Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua)

34. pada hari itu manusia lari dari saudaranya,

35. dan dari ibu dan bapaknya,

36. dan dari istri dan anak-anaknya.

37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkan[27].

38. Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri,

39. tertawa dan gembira ria,

40. dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram),

41. tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusahan)[28].

42. Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka[29].


[1] Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada ‘Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata, “Turun ayat ‘Abasa wa tawalla berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum seorang yang buta, ia datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan berkata, “Wahai Rasulullah, bimbinglah aku.” Ketika itu di dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ada salah seorang pembesar kaum musyrikin, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling darinya dan menghadap kepada yang lain (orang musyrik) sambil berkata, “Apakah menurutmu apa yang aku ucapkan salah?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Karena inilah (ayat tersebut) turun.” (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi (3331) dan Syaikh Muqbil dalam Ash Shahiihul Musnad Min Asbaabin Nuzuul hal. 264-265)

[2] Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminta diberitahukan tentang ajaran Islam; lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bermuka masam dan berpaling darinya, karena Beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan harapan agar pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagi teguran kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

[3] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan faedah memperhatikan orang itu.

[4] Dari dosa atau dari akhlak yang tercela.

[5] Dengan mengamalkannya. Ayat ini menunjukkan bahwa sepatutnya seorang alim memberikan perhatian lebih kepada penuntut ilmu yang butuh yang memang lebih semangat daripada yang lain. Dari ayat ini diambil sebuah kaedah, yaitu:

لاَ يُتْرَكُ أَمْرٌ مَعْلُوْمٌ لِأَمْرٍ مَوْهُوْمٍ، وَلاَ مَصْلَحَةٌ مُتَحَقِّقَةٌ لِمَصْلَحَةٍ مُتَوَهِّمَةٌ

“Perkara yang jelas tidaklah ditinggalkan karena perkara yang belum jelas, dan maslahat yang memang terwujud tidaklah ditinggalkan karena maslahat yang masih dikira-kira.”

[6] Yaitu pembesar-pembesar Quraisy yang sedang dihadapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang diharapkannya dapat masuk Islam.

[7] Kata “Kalla” di ayat tersebut bisa diartikan “haqqan” (Tentu atau pasti).

[8] Kepada semua makhluk. Dengannya Allah Subhaanahu wa Ta'aala memperingatkan hamba-hamba-Nya, menerangkan apa yang mereka butuhkan serta menerangkan yang benar dari yang salah sehingga mereka tidak tersesat.

[9] Dan mengamalkannya.

[10] Maksudnya, surat atau nasihat ini ada di dalam kitab-kitab yang dimuliakan.

[11] Yaitu Lauh Mahfuzh atau kitab-kitab para nabi.

[12] Kedudukannya.

[13] Dari disentuh oleh setan.

[14] Yang menjadi perantara antara Allah dengan hamba-hamba-Nya. Ada yang menafsirkan safarah dengan malaikat para penulis.

[15] Yakni taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Bararah juga bisa diartikan baiknya hati dan amal mereka. Semua ini merupakan bentuk penjagaan Allah terhadap kitab-Nya, yaitu dengan mengutus para malaikat yang mulia dan kuat kepada para rasul, dan tidak memberikan kesempatan bagi setan untuk menyentuh atau mencurinya. Kitab ini jelas mengharuskan untuk diimani dan diterima, akan tetapi manusia tidak menghendaki selain tetap bersikap kufur. Oleh karena itu, pada ayat selanjutnya Dia berfirman, “Celakalah manusia! Alangkah kufurnya dia!”

[16] Yakni orang-orang kafir.

[17] Kepada nikmat Allah, dan alangkah kerasnya penentangannya kepada kebenaran setelah jelas, padahal siapakah dia? Dia hanyalah makhluk yang diciptakan dari sesuatu yang paling lemah; dari air yang hina lalu Allah menentukan fase-fase kejadiannya dan menyempurnakannya.

[18] Yang dimaksud dengan menentukannya ialah menentukan fase-fase kejadiannya (dari mani menjadi segumpal darah lalu menjadi segumpal daging dst.), umurnya, rezekinya, dan nasibnya.

[19] Memudahkan jalan maksudnya memudahkan kelahirannya atau memberi persediaan kepadanya untuk menjalani jalan yang benar atau jalan yang sesat.

[20] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memuliakannya dengan menguburkannya dan tidak menjadikannya seperti makhluk yang lain yang jasadnya tidak dikubur.

[21] Yakni membangkitkannya setelah mati untuk diberikan balasan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala Dialah yang sendiri mengatur manusia dengan pengaturan-pengaturan ini, namun manusia belum melaksanakan perintah Allah dan apa yang diwajibkan-Nya, bahkan selalu meremehkan sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

[22] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengarahkan manusia agar memperhatikan dan memikirkan makanannya, dan bagaimana makanan itu sampai kepadanya setelah melalui banyak tahapan karena kemudahan-Nya.

[23] Disebutkan secara lebih khusus nama-nama tanaman itu karena banyak faedah dan manfaatnya.

[24] Untuk dimakan dengan nikmat oleh manusia.

[25] Untuk dimakan hewan ternak mereka.

[26] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan semua itu dan menundukkannya untukmu. Oleh karena itu, hendaknya kamu bersyukur kepada Allah, membenarkan berita-berita yang disampaikan-Nya serta rela mengorbankan pikiran dan tenagamu untuk menjalankan perintah-perintah-Nya.

[27] Yaitu keselamatan dirinya. Ketika itu, manusia terbagi menjadi dua golongan; golongan yang berbahagia dan golongan yang sengsara. Golongan yang berbahagia wajah mereka berseri-seri, sedangkan golongan yang sengsara, wajah mereka tertutup debu dan kegelapan.

[28] Mereka ini telah berputus asa dari semua kebaikan dan dikenali kesengsaraannya.

[29] Yaitu mereka yang kafir kepada nikmat Allah, mendustakan ayat-ayat-Nya dan berani mengerjakan larangan-larangan-Nya.

Selesai tafsir surah ‘Abasa dengan pertolongan Allah, kemudahan-Nya dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.

7 komentar:

  1. terimakasih atas sambungn ilmunya

    BalasHapus
  2. Footnote nomor 17: sering sekali dinyatakan bahwa air mani itu adalah air yang hina. Kenapa begitu? Apa alasannya?
    Perlu diingatkan bahwa air mani bukan najis. Yang najis adalah air seni (kencing) dan berak.
    Kalau air mani dinyatakan hina lalu bagaimana dengan air seni dan berak?
    Apa status yang lebih rendah dari hina?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya hina tidak seperti air yg lain... Air aqua misalnya, dan lebih mulia airnya hewan contohnya ayam telurnya di jual dan laku... Coba air mani jual di pasar kaya telur ayam, pasti gak laku.... Nah dari itu manusia gak boleh sombong

      Hapus