Surah At Takwir (Menggulung)
Surah ke-81. 29 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-14: Terjadinya Kiamat dan peristiwa-peristiwa dahsyat ketika itu.
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ (١) وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ (٢) وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ (٣) وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ (٤) وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ (٥)وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ (٦) وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ (٧) وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ (٨) بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ (٩) وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ (١٠) وَإِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ (١١) وَإِذَا الْجَحِيمُ سُعِّرَتْ (١٢) وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ (١٣) عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا أَحْضَرَتْ (١٤
Terjemah Surat At Takwir Ayat 1-14
1. [1]Apabila matahari digulung[2],
2. dan apabila bintang-bintang berjatuhan[3],
3. dan apabila gunung-gunung dihancurkan,
4. dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan[4] (tidak terurus),
5. dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan[5],
6. dan apabila lautan dipanaskan[6],
7. dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)[7],
8. dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup[8] ditanya,
9. karena dosa apa dia dibunuh?[9]
10. Dan apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar[10],
11. dan apabila langit dilenyapkan[11],
12. dan apabila neraka Jahim dinyalakan,
13. dan apabila surga didekatkan[12],
14. setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya[13].
Ayat 15-25: Hakikat wahyu, sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan sikap kaum musyrik terhadap Beliau.
فَلا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ (١٥) الْجَوَارِ الْكُنَّسِ (١٦) وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ (١٧) وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ (١٨) إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ (١٩) ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ (٢٠) مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ (٢١) وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ (٢٢) وَلَقَدْ رَآهُ بِالأفُقِ الْمُبِينِ (٢٣) وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ (٢٤) وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ (٢٥
Terjemah Surat At Takwir Ayat 15-25
15. Aku bersumpah demi bintang-bintang[14],
16. yang beredar dan terbenam,
17. demi malam apabila telah larut,
18. dan demi Subuh apabila fajar telah menyingsing[15],
19. Sesungguhnya (Al Qur'an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril)[16],
20. Yang memiliki kekuatan[17], memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki 'Arsy[18],
21. Yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya[19].
22. [20]Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah orang gila[21].
23. Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril)[22] di ufuk yang terang.
24. Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang kikir (enggan) untuk menerangkan yang ghaib[23].
25. [24]Dan (Al Qur'an) itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,
Ayat 26-29: Batilnya sangkaan kaum musyrik seputar Al Qur’anul Karim.
فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ (٢٦) إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ (٢٧) لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ (٢٨) وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (٢٩)
Terjemah Surat At Takwir Ayat 26-29
26. Maka ke manakah kamu akan pergi[25]?
27. (Al Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam[26],
28. (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus[27].
29. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam[28].
[1] Maksud ayat ini dan setelahnya adalah, apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang menegangkan ini, yaitu pada hari Kiamat, maka manusia akan terbedakan, masing-masing mengetahui amal yang telah dilakukannya selama di dunia, baik atau buruk.
[2] Yakni digabung dan dilipat serta diredupkan cahayanya. Demikian pula bulan, ia akan diredupkan cahayanya, kemudian keduanya (matahari dan bulan) dijatuhkan ke dalam neraka.
[3] Ke bumi.
[4] Yang merupakan harta paling berharga milik orang Arab ketika itu. Demikian pula harta lainnya yang paling mereka sukai akan mereka tinggalkan ketika terjadi hari Kiamat.
[5] Yakni dikumpulkan setelah mereka dibangkitkan untuk melakukan qishas satu sama lain, kemudian mereka menjadi tanah. Hal ini untuk memperlihatkan kepada manusia keadilan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[6] Yakni dinyalakan, sehingga menjadi api yang besar yang menyala-nyala.
[7] Menurut Syaikh As Sa’diy adalah dengan disatukan orang yang sama amalnya, sehingga disatukan orang yang baik dengan orang yang baik, orang yang buruk dengan orang yang buruk. Demikian pula disatukan kaum mukmin dengan bidadari, dan orang-orang kafir dengan para setan.
[8] Karena merasa malu mempunyai anak perempuan atau karena takut miskin.
[9] Sudah menjadi maklum, bahwa bayi-bayi itu tidak punya dosa. Dalam ayat ini terdapat celaan keras kepada orang yang menguburnya hidup-hidup.
[10] Dan dibagikan kepada para pelakunya, maka di antara mereka ada yang mengambil dengan tangan kanannya, ada pula yang mengambil dengan tangan kirinya atau dari belakang punggungnya.
[11] Yakni disingkirkan atau ditarik dari tempatnya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Dan (ingatlah) hari (ketika) langit terbelah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang.” (Terj. Al Furqaan: 25)
“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas.” (Al Anbiyaa’: 104)
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Terj. Az Zumar: 67)
[12] Kepada orang-orang yang akan memasukinya, yaitu orang-orang yang bertakwa.
[13] Baik atau buruk.
Peristiwa-peristiwa pada hari Kiamat yang Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan ini termasuk peristiwa yang mencemaskan hati, menegangkannya, dan membuat anggota badan merinding ketakutan. Demikian juga mendorong orang-orang yang berakal untuk mempersiapkan diri menghadapi hari itu serta mencegah mereka dari melakukan sesuatu yang mendatangkan celaan. Oleh karena itulah, sebagian kaum salaf berkata, “Barang siapa yang ingin memperhatikan hari Kiamat seakan-akan ia melihatnya secara langsung, maka tadabburilah surah Idzasy syamsu kuwwirat.”
[14] Syaikh As Sa’diy menerangkan, yakni bintang-bintang yang terlambat jalan dengan bintang-bintang lainnya yang biasa menuju arah timur, yaitu bintang-bintang (planet-planet) yang tujuh. Bintang-bintang itu adalah matahari, bulan, Zahrah (venus), Musytariy (Yupiter), Mirrikh (Mars), Zuhal (Saturnus) dan ‘Uthaarid (Merkurius). Tujuh planet ini memiliki dua perjalanan; perjalanan ke arah barat bersama bintang-bintang yang lain, dan perjalanan ke arah kebalikannya dari arah timur yang hanya dilakukan oleh tujuh planet ini. Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan keadaannya yang terlambat dan keadaannya ketika berjalan dan dengan keadaannya ketika menghilang dengan adanya siang hari. Bisa juga maksudnya, Allah bersumpah dengan semua bintang yang berjalan dan lainnya.
[15] Yakni ketika fajar telah menyingsing sedikit-demi sedikit sehingga menjadi sempurna hingga kemudian terbit matahari. Ini dan apa yang disebutkan dalam ayat sebelumnya adalah ayat-ayat Allah yang agung, dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengannya untuk menjelaskan tingginya sanad Al Qur’an, keagungannya, dan penjagaan-Nya dari setiap setan yang terkutuk.
[16] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyifati malaikat Jibril dengan “karim” (yang mulia) karena mulianya akhlaknya dan banyak kebaikannya, karena ia adalah malaikat yang paling utama dan paling tinggi kedudukannya di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[17] Untuk melaksanakan perintah Allah ‘Azza wa Jalla. Di antara kekuatannya adalah dia (malaikat Jibril) mampu membalikkan negeri kaum Luth dan membinasakan mereka.
[18] Jibril ‘alaihis salam adalah malaikat yang didekatkan dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya di atas malaikat yang lain, dan mendapatkan keistimewaan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[19] Dia (malaikat Jibril) adalah malaikat yang amanah, yang mampu menjalankan perintah Allah tanpa menambah dan tanpa mengurangi serta tidak melampaui apa yang telah ditetapkan untuknya.
Ini semua adalah untuk menunjukkan kemuliaan Al Qur’an di sisi Allah Ta’ala, karena Dia mengirim malaikat yang mulia yang telah disifati dengan sifat-sifat sempurna itu untuk membawa Al Qur’an. Dan biasanya raja-raja tidaklah mengirimkan orang yang mulia kecuali untuk misi yang penting dan mulia.
[20] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan kemuliaan malaikat yang membawa Al Qur’an, maka Dia menyebutkan keutamaan manusia yang membawa Al Qur’an, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
[21] Tidak seperti yang dikatakan oleh para musuhnya yang mendustakan kerasulannya, yang mengada-adakan kedustaan terhadapnya untuk memadamkan apa yang Beliau bawa, bahkan Beliau adalah manusia yang paling sempurna akalnya, paling lurus pandangannya dan paling benar ucapannya.
[22] Dalam bentuk aslinya.
[23] Bisa maksudnya, bahwa Beliau bukanlah orang yang tertuduh menambah, mengurangi atau menyembunyikan sebagian wahyu Allah, bahkan Beliau adalah manusia yang paling amanah, Beliau menyampaikan risalah Tuhannya dengan sempurna tanpa mengurangi atau menambah. Beliau juga tidak bakhil sehingga menyembunyikan sebagian wahyu Allah, bahkan Beliau tidaklah wafat kecuali setelah berhasil mendidik umat yang sebelumnya jahil menjadi umat yang berilmu yang menjadi rujukan oleh generasi yang datang setelahnya dalam ilmu dan pemahaman, mereka yang telah dididiknya menjadi guru, sedangkan generasi setelahnya merupakan murid-murid mereka.
[24] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan keutamaan kitab-Nya dan memuliakannya dengan menyebutkan dua makhluk yang mulia yang membawanya yang kemudian disampaikan kepada manusia, dan setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memuji kedua utusan itu serta membersihkan Al Qur’an dari segala cacat dan kekurangan yang dapat menodai kebenarannya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan (Al Qur'an) itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,”
[25] Maksudnya, setelah diterangkan bahwa Al Quran itu benar-benar datang dari Allah dan di dalamnya berisi pelajaran dan petunjuk yang memimpin manusia ke jalan yang lurus dengan diperkuat bukti-buktinya, ditanyakanlah kepada orang-orang kafir itu, "Maka ke manakah kamu akan pergi?” Padahal tidak ada setelah kebenaran selain kebatilan.
[26] Dengan Al Qur’an, mereka dapat mengingat Tuhan mereka, sifat-sifat sempurna yang dimiliki-Nya, bersihnya Dia dari segala kekurangan dan tandingan. Demikian pula dengan Al Qur’an, mereka dapat mengingat perintah dan larangan-Nya, mengingat hukum-hukum qadari-Nya, hukum-hukum syar’i-Nya dan hukum-hukum jaza’i(balasan)-Nya. Singkatnya, dengan Al Qur’an, mereka dapat mengenal dan mengingat segala yang bermaslahat bagi mereka di dunia dan akhirat, dan dengan mengamalkannya mereka akan memperoleh kebahagiaan.
[27] Setelah jelas mana yang benar dan mana yang salah, petunjuk daripada kesesatan.
Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap golongan Jabriyyah yang mengatakan bahwa manusia tidak memiliki kehendak.
[28] Kehendak-Nya berlaku, tidak mungkin ditolak atau dihalangi. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan demikian, adalah agar manusia tidak bersandar kepada dirinya, bahkan hendaknya ia mengetahui bahwa hal itu terkait dengan kehendak Allah sehingga ia pun meminta kepada Allah hidayah-Nya kepada apa yang dicintai-Nya dan diridhai-Nya.
Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap golongan Qadariyyah yang beranggapan bahwa manusia berkuasa mutlak terhadap tindakannya dan bahwa Allah sama sekali tidak berkuasa. Yang benar adalah jalan yang ditempuh Ahlussunnah wal jama'ah, di mana jalan tersebut merupakan jalan As Salafush Shalih, yakni bahwa manusia berbuat sesuai kehendak dan pilihannya, namun kehendak dan pilihannya mengikuti kehendak Allah Ta'ala, jika Dia menghendaki, maka akan terjadi perbuatan itu dan jika tidak menghendaki, maka tidak akan terjadi perbuatan itu.
Selesai tafsir surah At Takwir dengan pertolongan Allah, taufiq-Nya dan kemudahan-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.
Syukron jazakallahu khoiron...
BalasHapusAmin
BalasHapusSyukron...
BalasHapusjazakallah khoiron
ok
BalasHapus