Minggu, 07 April 2013

Tafsir Az Zukhruf Ayat 57-66

Ayat 57-66: Ajakan Nabi Isa ‘alaihis salam kepada kaumnya agar beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, batilnya sangkaan golongan-golongan sesat terhadap Nabi Isa ‘alaihis salam, dan ancaman bagi orang-orang kafir dengan azab pada hari Kiamat.

وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ (٥٧) وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ    (٥٨) إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ (٥٩)وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلائِكَةً فِي الأرْضِ يَخْلُفُونَ (٦٠) وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (٦١) وَلا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (٦٢) وَلَمَّا جَاءَ عِيسَى بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ وَلأبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (٦٣) إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (٦٤) فَاخْتَلَفَ الأحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ عَذَابِ يَوْمٍ أَلِيمٍ (٦٥) هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ (٦٦)

Tafsir Surat Az Zukhruf Ayat 57-66

57. [1]Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (suku Quraisy) bersorak karenanya.

58. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja; sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar[2].

59. Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat (kenabian) kepadanya, dan Kami jadikan dia[3] sebagai tanda contoh bagi Bani lsrail[4].

60. Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun[5].

61. Dan sungguh, dia (Isa) benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat[6]. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang (Kiamat) itu[7] dan ikutilah aku[8]. Inilah jalan yang lurus[9].

62. Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan[10]; sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu[11].

63. Dan ketika Isa datang membawa keterangan[12], dia berkata[13], "Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa hikmah[14], dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan[15]; maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku[16].

64. Sungguh, Allah, Dia Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus[17].”

65. [18]Tetapi golongan-golongan (yang ada) saling berselisih[19] di antara mereka; maka celakalah[20] orang-orang yang zalim[21] karena azab pada hari yang pedih (Kiamat).

66. Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari Kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya[22].


[1] Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Maula bin ‘Aqil ia berkata: Ibnu Abbas berkata, “Sungguh aku mengetahui sebuah ayat dalam Al Qur’an yang belum pernah ditanyakan oleh seorang pun. Aku tidak mengetahui, apakah orang-orang sudah mengetahuinya sehingga tidak lagi bertanya atau mereka tidak mengerti sehingga (perlu) bertanya?” Lalu ia (Ibnu Abbas) mulai berbicara dengan kami. Ketika ia (Ibnu Abbas) bangun (dan pergi), maka kami saling cela-mencela karena tidak bertanya kepadanya, maka aku berkata, “Saya siap untuk bertanya, jika ia datang besok. Ketika ia datang, aku berkata, “Wahai Ibnu Abbas, kemarin engkau menyebutkan tentang sebuah ayat yang belum ditanyakan oleh seorang pun; engkau tidak mengetahui apakah orang-orang sudah mengetahuinya sehingga tidak lagi bertanya atau mereka tidak mengerti? Lalu aku melanjutkan kata-kataku, “Beritahukanlah kepadaku tentang ayat itu dan tentang beberapa ayat yang telah engkau bacakan.” Ia (Ibnu Abbas) menjawab, “Ya.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkata kepada orang-orang Quraisy, “Wahai kaum Quraisy! Sesungguhnya tidak ada satu pun yang disembah selain Allah ada kebaikannya.” Orang-orang Quraisy mengetahui, bahwa orang-orang Nasrani menyembah Isa putra Maryam dan mengetahui apa yang dikatakan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu mereka berkata, “Wahai Muhammad! Bukankah engkau menyangka bahwa Isa seorang nabi dan salah satu hamba di antara hamba-hamba Allah yang saleh. Jika engkau benar, maka sesungguhnya sembahan-sembahan mereka sama seperti yang engkau katakan.” Maka Allah menurunkan ayat, Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (suku Quraisy) bersorak karenanya.” Aku bertanya, “Apa maksud bersorak?” Ia (Ibnu Abbas) menjawab, “Berteriak dengan gaduh.” (Apa maksud), “Dan sungguh, dia (Isa) benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat.” (Az Zukhruf: 61) Ibnu Abbas menjawab, “Yaitu keluarnya Isa putra Maryam ‘alaihis salam sebelum hari Kiamat.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Thahawi dalam Musykilul Aatsar juz 1 hal. 431. Hadits ini menurut Haitsami dalam Majma’uz Zawaa’id juz 7 hal. 104, diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani yang sama seperti itu (hanyasaja di sana disebutkan lafaznya, “Fa in kunta shaadiqan fa innahaa li aalihatihim”) dan di dalam sanadnya terdapat ‘Ashim bin Bahdalah yang ditsiqahkan oleh Ahmad dan yang lain, ia buruk hapalannya, sedangkan para perawi selebihnya adalah para perawi hadits shahih. As Suyuthiy dalam Lubaabun Nuqul berkata, “Sesungguhnya sanadnya shahih,” Syaikh Muqbill mengatakan, bahwa yang ditetapkan oleh Adz Dzahabi dalam Al Mizan adalah bahwa hadits ‘Ashim itu hasan.”).

[2] Ayat 57 dan 58 di atas menceritakan kembali kejadian ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan di hadapan orang-orang Quraisy surah Al Anbiya ayat 98 yang artinya, “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar Jahannam.” Maka seorang Quraisy bernama Abdullah bin Az Zab'ari menanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang keadaan Isa yang disembah orang Nasrani apakah beliau juga menjadi bahan bakar neraka Jahannam seperti halnya sembahan-sembahan mereka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terdiam dan mereka pun mentertawakannya; lalu mereka menanyakan lagi mengenai mana yang lebih baik antara sembahan-sembahan mereka dengan Isa ‘alaihis salam? Pertanyaan-pertanyan mereka ini hanyalah mencari perbantahan saja, bukan mencari kebenaran. Jalan pikiran mereka itu adalah kesalahan yang besar. Nabi Isa ‘alaihis salam yang disembah oleh orang-orang Nasrani sesungguhnya tidak rela dijadikan sesembahan.

Di samping itu, penyamaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala antara larangan menyembah berhala dan larangan menyembah Nabi Isa ‘alaihi salam adalah karena ibadah adalah hak Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja, tidak dimiliki oleh seorang pun dari makhluk, baik malaikat yang didekatkan, para nabi yang diutus maupun lainnya, dimanakah letak syubhat ketika pelarangan diratakan baik menyembah patung maupun menyembah Isa ‘alaihis salam? Tidak ada bukan? Dan lagi kelebihan Nabi Isa ‘alaihis salam dan keadaannya yang dekat dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidaklah menunjukkan dibedakannya Beliau dalam masalah ini, karena Beliau sebagaimana diterangkan dalam lanjutan ayat adalah seorang hamba yang Allah berikan nikmat kepadanya dengan kenabian, hikmah, ilmu dan amal.

Adapun firman Allah Ta’ala di surah Al Anbiya: 98, “Innakum wa maa ta’buduuna minduunillahi hashabu Jahannam” (artinya: Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar Jahannam.) maka dapat dikaji sebagai berikut:

Pertama, firman-Nya tersebut menggunakan kata “maa” (apa) yang biasa digunakan untuk sesuatu yang tidak berakal, sehingga tidak termasuk ke dalamnya Nabi Isa ‘alaihis salam.

Kedua, ayat ini tertuju kepada orang-orang musyrik yang tinggal di Mekah dan sekitarnya, dimana mereka menyembah patung dan berhala dan tidak menyembah Al Masih.

Ketiga, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala setelah ayat tersebut berfirman, “Bahwa orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka,” (Terj. Al Anbiyaa’: 101) Tidak diragukan lagi bahwa Isa dan para nabi yang lain serta para wali tergolong ke dalam ayat ini.

[3] Lahir dari Maryam tanpa bapak. Hal itu sebagai dalil Mahakuasanya Allah Subhaanahu wa Ta'aala atas apa yang Dia kehendaki.

[4] Ayat ini menegaskan pandangan Islam terhadap kedudukan lsa ‘alaihis salam, yaitu sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya.

[5] Yakni lalu mereka tinggal di bumi, kemudian Allah mengutus utusan yang terdiri dari para malaikat. Adapun kamu wahai manusia! Maka tidak bisa yang diutus kepadamu adalah para malaikat (tidak sejalan). Oleh karena itu, termasuk rahmat Allah kepadamu adalah Dia mengutus para rasul dari jenismu agar kami dapat menimba ilmu dari mereka.

[6] Yakni ketika Isa turun ke dunia di akhir zaman saat Dajjal telah keluar, merupakan tanda dekatnya hari Kiamat, demikian pula menunjukkan bahwa yang berkuasa menciptakannya tanpa bapak, berkuasa pula membangkitkan orang-orang yang telah mati dari kubur mereka.

[7] Karena meragukannya adalah sebuah kekufuran.

[8] Yaitu dengan mengerjakan apa yang aku perintahkan dan menjauhi apa yang aku larang. Di antara yang aku perintahkan adalah mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla.

[9] Yang menghubungkan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[10] Dari menjalankan perintah Allah.

[11] Ia berusaha sekuat tenaga untuk menyesatkan kamu.

[12] Yang menunjukkan benarnya kenabian Beliau dan apa yang Beliau bawa, seperti menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit sopak.

[13] Kepada Bani Israil.

[14] Yang dimaksud dengan hikmah di sini ialah kenabian, Injil, ilmu dan hukum.

[15] Sehingga kesamaran menjadi hilang. Oleh karena itu, Nabi Isa ‘alaihis salam datang menyempurnakan syariat Nabi Musa ‘alaihis salam dan datang membawa sebagian kemudahan yang seharusnya diikuti dan diterima

[16] Yakni sembahlah Allah saja, ikutilah perintah-Nya dan jauhilah larangan-Nya, berimanlah kepadaku, benarkanlah aku dan taatilah aku.

[17] Dalam ayat ini terdapat pengakuan terhadap tauhid rububiyyah (Allah adalah Pengatur alam semesta) dan tauhid Uluhiyyah (Allah yang berhak disembah saja), demikian pula terdapat pemberitahuan bahwa Isa ‘alaihis salam adalah salah satu di antara hamba-hamba Allah, dan bahwa apa yang disebutkan ini adalah jalan yang lurus; yang menyampaikan kepada Allah dan kepada surga-Nya.

[18] Setelah Nabi Isa ‘alaihis salam menerangkan kebenaran.

[19] Tentang Nabi Isa, ada yang mengatakan bahwa dia adalah Allah, atau dia putra Allah atau dia salah satu di antara yang tiga. Padahal yang benar bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Demikian pula mereka membantah apa yang Beliau bawa. Kecuali orang-orang yang beriman, yang bersaksi terhadap kerasulan Beliau, membenarkan semua yang Beliau bawa, dan mereka berkata tentang Beliau, bahwa Beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.

[20] Yakni alangkah sedih, rugi dan celaka mereka pada hari itu.

[21] Yakni orang-orang yang kafir karena ucapan mereka yang salah tentang Nabi Isa ‘alaihis salam.

[22] Ketika Kiamat tiba, maka janganlah engkau tanya keadaan orang-orang yang mendustkannya dan orang-orang yang mengolok-oloknya, dan bahwa teman akrab pada hari itu akan bermusuhan.

3 komentar:

  1. Ayat 61 di jadikan alat kotbah di gereja. Dan mereka para pendeta membohongi jamaahnya dengan mengatakan bahwa al quranpun menyuruh kita mengikuti yesus. Semuga mereka jamaag ahlul kitab diberikan hidayah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba aja para pendeta membawa ayat ke 64 ini buat khotbah juga . hahaha

      Hapus