Kamis, 04 April 2013

Tafsir Ar Rahman Ayat 26-45

Ayat 26-45: Keadaan pada hari Kiamat, hisab, dan azab bagi orang-orang yang berdosa di neraka Jahanam.

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (٢٦) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ (٢٧)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٢٨) يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ (٢٩)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٣٠) سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَا الثَّقَلانِ (٣١) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٣٢) يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ (٣٣) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٣٤) يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ وَنُحَاسٌ فَلا تَنْتَصِرَانِ (٣٥) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٣٦) فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ (٣٧) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ    (٣٨) فَيَوْمَئِذٍ لا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَلا جَانٌّ (٣٩) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٤٠) يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالأقْدَامِ (٤١)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٤٢)هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ      (٤٣) يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ (٤٤)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٤٥)

Terjemah Surat Ar Rahman Ayat 26-45

26. Semua yang ada di bumi itu[1] akan binasa.

27. Tetapi zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran[2] dan kemuliaan[3] tetap kekal.

28. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

29. Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya[4]. Setiap waktu Dia dalam kesibukan[5].

30. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

31. Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu[6] wahai (golongan) manusia dan jin.

32. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

33. [7]Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan[8].

34. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? 

 

35. [9]Kepada kamu (jin dan manusia), akan dikirim nyala api dan cairan tembaga (panas)[10] sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya)[11].

36. [12]Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

37. [13]Maka apabila langit telah terbelah[14] dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak[15].

38. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

39. Maka pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya[16].

40. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

41. Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya[17], lalu direnggut ubun-ubun dan kakinya[18].

42. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

43. Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa.

44. Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih[19].

45. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?


[1] Baik manusia, jin, hewan dan makhluk-makhluk lainnya.

[2] Yakni yang mempunyai keagungan dan kebesaran; yang diagungkan dan dibesarkan.

[3] Ikraam artinya yang luas karunia dan kemurahan-Nya, serta yang menghendaki untuk memuliakan para wali dan makhluk pilihan-Nya dengan berbagai bentuk pemuliaan, dimana Dia dimuliakan, diagungkan, dicintai dan diibadahi oleh para wali-Nya.

[4] Baik dengan lisaanul maqaal (lisan) maupun lisaanul haal (keadaan).

Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahakaya zat-Nya tidak membutuhkan semua makhluk-Nya dan Mahaluas kemurahan-Nya. Semua makhluk butuh kepada-Nya meminta dipenuhi kebutuhannya dan mereka tidak pernah cukup terhadapnya sekejap mata pun atau kurang dari itu.

[5] Dia mengayakan yang miskin, menutupi hati yang sedih, memberi kepada suatu kaum dan menghalangi yang lain, menciptakan, menghidupkan dan mematikan, memuliakan dan menghinakan, meninggikan dan merendahkan, memelihara, memberi rezki, mengabulkan doa dan lain lain. Dia tidak pernah lelah terhadapnya dan tidak pernah bosan terhadap permintaan makhluk-Nya yang begitu banyak dan terus menerus. Dia senantiasa menampilkan apa yang telah ditetapkan-Nya di zaman azali (yang tidak ada awalnya) pada waktu-waktunya yang sesuai hikmah-Nya, baik ketetapan agama yang berupa perintah dan larangan, ketetapan qadari terhadap hamba-hamba-Nya selama mereka tinggal di dunia, sehingga ketika telah sempurna makhluk itu dan Allah telah membinasakan mereka, Dia menampilkan ketetapan jaza’i(pembalasan)-Nya dan memperlihatkan kepada mereka keadilan, karunia dan ihsan-Nya yang banyak, dimana dengannya mereka dapat mengenal-Nya dan mentauhidkan-Nya. Dia memindahkan manusia dari tempat ujian (dunia) menuju kepada kehidupan yang sesungguhnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (Al ‘Ankabut: 64)

Maka Mahasuci Allah Tuhan Yang Maha Pemberi yang pemberian-Nya merata kepada penduduk langit dan bumi, dan kelembutan-Nya mengena kepada semua makhluk di setiap waktu dan setiap saat.

[6] Untuk menghisab dan memberikan balasan terhadap amal yang kamu kerjakan selama di dunia.

[7] Apabila Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan mereka di mauqif (tempat perhentian seperti di padang mahsyar) pada hari Kiamat, maka Allah memberitahukan kelemahan mereka, sempurnanya kekuasaan-Nya, berlakunya kehendak dan kekuasaan-Nya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman sebagaimana pada ayat di atas menerangkan kelemahan mereka.

[8] Bagaimana mereka memilikinya sedangkan mereka tidak berkuasa memberikan manfaat kepada diri mereka dan menghindarkan madharrat dari diri mereka, tidak bisa menghidupkan dan tidak bisa mematikan serta tidak bisa membangkitkan?! Pada tempat itu (padang mahsyar) tidak ada seorang pun yang berani bicara kecuali dengan izin-Nya dan tidak terdengar selain suara bisik-bisik. Di tempat itu, semua manusia sama, baik raja maupun rakyatnya, pemimpin maupun yang dipimpin, orang kaya maupun orang miskin.

[9] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan apa yang disiapkan-Nya untuk mereka di tempat itu.

[10] Syaikh As Sa’diy menerangkan tentang syuwaazh, yaitu nyala api yang bersih, sedangkan nuhaas, yaitu nyala api yang bercampur asap. Maksudnya kedua ini adalah bahwa keduanya akan dikirimkan untuk mengepung jin dan manusia agar tidak melarikan diri.

[11] Mujahid berkata, “Tembaga adalah kuningan yang dilebur lalu dituangkan di atas kepala mereka.” Maksudnya, Kalau kamu (wahai jin dan manusia) pergi melarikan diri pada hari Kiamat, tentu para malaikat dan malaikat Zabaniyah akan mengembalikan kamu dengan mengirimkan nyala api dan tembaga yang dileburkan yang akan ditimpakan kepada kamu agar kamu kembali (ke padang mahsyar).

[12] Oleh karena penakutan-Nya kepada hamba-hamba-Nya merupakan nikmat-Nya kepada mereka sekaligus sebagai cemeti untuk menggiring mereka ke tempat yang tinggi dan untuk memperoleh pemberian yang paling baik yang diberikan-Nya kepada mereka, maka Dia berfirman, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

[13] Pada hari Kiamat karena dahsyatnya keadaan ketika itu, banyaknya kegelisahan, rasa takut tidak kunjung henti, matahari dan bulan diredupkan dan bintang-bintang berjatuhan maka langit menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak, yakni seperti cairan logam dan timah yang mencair.

[14] Menjadi pintu-pintu untuk turunnya malaikat.

[15] Jika demikian, maka sungguh dahsyat dan mengerikan kejadian ketika itu.

[16] Tetapi pada waktu yang lain. Atau maksudnya, bahwa pada hari itu manusia dan jin tidak dimintai informasi tentang apa yang terjadi karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui yang gaib dan yang tampak, yang lalu dan yang akan datang. Dia ingin memberikan balasan kepada hamba sesuai yang diketahui-Nya terhadap keadaan mereka, dan Dia telah mengadakan tanda pada hari Kiamat untuk orang-orang yang baik dan orang-orang yang buruk yang dengannya mereka dapat dikenali sebagaimana firman-Nya di ayat lain, “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. (Terj. Ali Imran: 106)

[17] Yaitu dengan hitam wajahnya dan biru matanya sebagaimana yang dikatakan Qatadah dan Al Hasan.

[18] Maksudnya, ubun-ubun orang yang berdosa dan kakinya direnggut lalu dilempar ke dalam neraka dan mereka diseret di sana. Allah Subhaanahu wa Ta'aala jika bertanya kepada mereka, maka maksudnya pertanyaan untuk menghinakan dan agar mereka mengakuinya karena Dia lebih mengetahui dari mereka, akan tetapi Dia ingin menunjukkan kepada makhluk hujjah-Nya yang kuat dan hikmah-Nya yang dalam.

[19] Mereka akan meminumnya ketika meminta pertolongan dari panasnya api neraka.

3 komentar:

  1. Syukron, isi website ini sangat berarti bagi kami, oang2 yang mencari terjemahan secara online.

    BalasHapus
  2. Afwan,

    itu kenapa "وَجْهُ" antum artikan dengan zat?

    BalasHapus