Surah Al Muzzammil (Orang Yang Berselimut)
Surah ke-73. 20 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-9: Petunjuk-petunjuk Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mempersiapkan mental agar siap memikul beban dakwah, dan kewajiban shalat malam atas Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (١) قُمِ اللَّيْلَ إِلا قَلِيلا (٢) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلا (٣) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا (٤) إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلا ثَقِيلا (٥) إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلا (٦) إِنَّ لَكَ فِي اَلنَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلا (٧) وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلا (٨) رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا (٩)
Tafsir Al Muzzammil Ayat 1-9
1. Wahai orang yang berselimut[1] (Muhammad)!
2. [2]Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari[3], kecuali sebagian kecil,
3. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu.
4. Atau lebih dari (seperdua) itu[4], dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan[5].
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kapadamu[6].
6. [7]Sungguh, bangun malam[8] itu lebih kuat (mengisi jiwa)[9]; dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan.
7. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang[10].
8. Dan sebutlah nama Tuhanmu[11], dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati[12].
9. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai Pelindung[13].
[1] Yakni yang menyelimuti dirinya dengan kain ketika wahyu datang karena takut kepadanya disebabkan kemuliaannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berselimut ini ketika Allah Subhaanahu wa Ta'aala memuliakan Beliau dengan risalah-Nya dan mulai menurunkan wahyu kepada Beliau dengan perantaraan malaikat Jibril. Ketika itu, Beliau melihat perkara yang belum pernah dilihatnya dan tidak ada yang dapat teguh menghadapinya kecuali para rasul, maka Beliau terperanjat ketika melihat malaikat Jibril ‘alaihis salam. Setelah itu, Beliau mendatangi istrinya dan berkata dalam keadaan bergemetar, “Selimutilah aku-selimutilah aku.” Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan keteguhan kepadanya dan wahyu pun kemudian turun beturut-turut. Demikianlah yang diterangkan sebagian mufassir.
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan: Al Haafizh Abu Bakar Ahmad bin ‘Amr bin ‘Abdul Khaaliq Al Bazzar meriwayatkan dari Jabir ia berkata, “Orang-orang Quraisy berkumpul di Darunnadwah dan berkata, “Namailah orang ini (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) dengan nama yang dapat menghalangi manusia darinya.” Maka (sebagian) dari mereka berkata, “Seorang dukun.” Yang lain berkata, “Dia bukan dukun.” Sebagian mereka berkata, “Orang gila.” Sebagian lagi berkata, “Dia bukan orang gila.” Sebagian mereka berkata, “Seorang pesihir.” Sebagian lagi berkata, “Dia bukan pesihir.” Maka orang-orang musyrik berpecah belah dalam hal itu sehingga sampailah berita itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Beliau menyelimuti dirinya dengan kainnya dan berkemul dengannya. Kemudian malaikat JIbril ‘alaihis salam datang kepadanya sambil berkata, “Wahai orang yang berselimut (muzzammil)-Wahai orang yang berkemul (muddatstsir)!” Selanjutnya Al Bazzar mengomentari hadits ini, “Mu’alla bin bin ‘Abdurrahman telah dibicarakan oleh banyak ahli ilmu, namun mereka membawa haditsnya, akan tetapi ia sendiri membawakan hadits-hadits yang tidak ada mutabi’(penguat dari jalan yang sama)nya.”
Kami tidak mengetahui, apakah surat Al Muzzammil turun karena sebab sebelumnya atau karena sebab yang diterangkan dalam tafsir Ibnu Katsir tersebut, wallahu a’lam.
Di surah ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk beribadah, kemudian memerintahkannya untuk bersabar terhadap gangguan kaumnya dan memerintahkan untuk tetap berdakwah serta memerintahkan Beliau untuk mengerjakan ibadah yang paling utama yaitu shalat dan di waktu yang paling utama, yaitu malam.
[2] Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas ia berkata, “Ketika turun awal surah Al Muzzammil, maka mereka (para sahabat) melakukan qiyamullail seperti yang mereka lakukan di bulan Ramadhan sehingga turun ayat terakhir, dimana antara awal ayat dan akhirnya jarak turunnya hampir setahun.” (Syaikh Muqbil berkata, “Hadits ini para perawinya adalah para perawi hadits shahih selain Ahmad bin Muhammad Al Marwaziy Abul Hasan, namun ia tsiqah. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir di juz 29 hal. 124-125 dimana para perawinya adalah para perawi hadits shahih. Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkannya dalam Tafsir Ibnu Katsir juz 4 hal. 436 dan para perawinya adalah para perawi hadits shahih.”).
Dengan demikian, shalat malam pada mulanya wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. setelah turunnya ayat ke 20 ini hukumnya menjadi sunat.
[3] Termasuk rahmat Allah Ta’ala adalah Dia tidak memerintahkan Beliau melakukan qiyamullail semalaman suntuk, tetapi sedikit daripadanya. Di ayat selanjutnya, Dia menentukannya, yaitu separuhnya atau kurang daripadanya seperti sepertiga.
[4] Seperti dua pertiga.
[5] Hal itu, karena membaca Al Qur’an dengan tartil dapat membantu untuk mentadabburi dan memikirkan maknanya, menggerakkan hati, dapat beribadah dengan ayat-ayatnya dan dapat menjadikan diri bersiap-siap secara sempurna (fokus) kepadanya.
[6] Yakni Kami akan mewahyukan kepadamu Al Qur’an yang berat ini; yang agung maknanya dan sifatnya. Jika demikian sifatnya, maka berhak diperhatikan dengan serius, dibaca dengan tartil dan dipikirkan isinya.
[7] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan hikmah diperintahkan melakukan qiyamullail.
[8] Setelah tidur.
[9] Yakni lebih dekat untuk mencapai maksud Al Qur’an. Ketika itu, lisan dan hati sejalan, kesibukan berkurang, ia dapat memahami apa yang dia ucapkan dan urusannya sedang fokus. Berbeda dengan di siang hari, maka hal itu tidak dapat tercapai.
[10] Yaitu sibuk memenuhi kebutuhanmu yang membuatmu terkadang tidak sempat membaca Al Qur’an atau konsentrasi ketika membaca Al Qur’an.
[11] Yakni ucapkanlah “Bismillahirrahmaanirrahiim” dalam memulai bacaanmu. Atau maksudnya perintah untuk dzikrullah.
[12] Yakni fokuskanlah beribadah dan kembali kepada-Nya.
[13] Yakni yang diserahi semua urusan atau yang menjaga dan mengurus semua urusanmu.
assalamu'alaikum,
BalasHapusmaaff,,, radionya bikin gak konsen untuk membacanya,,
saran dari saya, mendingan radio di taro di bawah konten, lagi kasih pilih untuk di puter ato gk,,
jangan otomatis bunyi,,
sbnrnya itu baik, ngasih hotbah,
cm ketika pengunjung bener pngn baca kontennya, itu membuat gk konsen untuk mengutip ilmu yg tersirat di konten,,
ini hanya saran dari saya,
terima kasih dan
wassalamu'alaikum wr. wb.
Iya benar, buat jadi kurang konsen dan (mungkin) bandwidthnya jadi boros disisi pembaca. Sarannya buat audio itu tidak aktif secara default, jika diklik play barulah bisa didengarkan. Demikian semoga berkenan.
BalasHapusAlhamdulillah.
BalasHapusMatur nuwun.