Selasa, 02 April 2013

Tafsir Al Mulk Ayat 1-11

Juz 29

Surah Al Mulk (Kerajaan)

Surah ke-67. 30 ayat. Makkiyyah

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-5: Kerajaan Allah meliputi kerajaan dunia dan akhirat, dan bahwa kekuasaan dan ilmu-Nya tampak di alam semesta.

  تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١)الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (٢)الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (٣) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (٤) وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (٥)

Terjemah Surat Al Mulk Ayat 1-5

1. Mahasuci Allah yang di tangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu[1].

2. Yang menciptakan mati dan hidup[2], untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya[3]. Dan Dia Mahaperkasa[4] lagi Maha Pengampun[5],

3. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis[6]. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang[7] pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. [8]Maka lihatlah sekali lagi[9], adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?

4. Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi[10], niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih[11].

5. [12]Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat[13], dengan bintang-bintang[14] dan Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai alat-alat pelempar setan[15], dan Kami sediakan bagi mereka[16] azab neraka yang menyala-nyala[17].

Ayat 6-11: Sifat neraka Jahanam yang disiapkan untuk orang-orang kafir, keadaannya yang marah kepada mereka, dan azab yang diderita orang-orang kafir di neraka.

  وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (٦) إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ (٧) تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ (٨) قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا فِي ضَلالٍ كَبِيرٍ (٩) وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (١٠) فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لأصْحَابِ السَّعِيرِ (١١)

Terjemah Surat Al Mulk Ayat 6-11

6. Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya, akan mendapat azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.

7. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya[18] mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu membara,

8. hampir meledak karena marah[19]. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia)[20]?"

9. Mereka menjawab, "Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada Kami, tetapi Kami mendustakan(nya) dan Kami katakan, "Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar[21]."

10. Dan mereka berkata[22], "Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala[23].”

11. Maka mereka mengakui dosanya[24]. Tetapi, jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu[25].


[1] Yakni Mahaagung, Mahatinggi, Mahabanyak kebaikan-Nya dan merata ihsan-Nya. Di antara keagungan-Nya adalah di Tangan-Nya kerajaan alam bagian atas maupun alam bagian bawah, Dia yang menciptakannya, bertindak sesuai kehendak-Nya dengan hukum-hukum qadari-Nya (taqdir) dan hukum-hukum agama-Nya (syariat) yang mengikuti hikmah(kebijaksanaan)-Nya. Di antara keagungan-Nya juga adalah sempurnanya kekuasaan-Nya dimana dengan kekuasaan itu Dia menaqdirkan segala sesuatu dan dengannya Dia menciptakan makhluk-makhluk yang besar seperti langit dan bumi.

[2] Yakni kematian di dunia dan kehidupan di akhirat. Atau, Dia menetapkan untuk hamba-hamba-Nya hidup di dunia kemudian mati.

[3] Yakni lebih ikhlas dan lebih sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal itu, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan hamba-hamba-Nya, mengeluarkan mereka ke tempat ini (dunia) dan memberitahukan bahwa mereka akan berpindah darinya; Dia memerintah dan melarang mereka serta menguji mereka dengan berbagai syubhat yang bertentangan dengan perintah-Nya, maka barang siapa yang tunduk kepada perintah Allah dan memperbagus amalnya, maka Allah akan memperbagus balasan-Nya di dunia dan akhirat, sebaliknya barang siapa yang mengikuti hawa nafsu dan menolak mengikuti perintah Allah, maka dia akan memperoleh balasan yang buruk.

[4] Milik-Nya semua keperkasaan, dimana dengan keperkasaan-Nya Dia tundukkan segala sesuatu.

[5] Terhadap orang-orang yang bersalah dan berdosa, khususnya apabila mereka bertobat dan kembali, maka sesungguhnya Dia mengampuni dosa-dosa mereka meskipun dosa mereka setinggi langit, dan Dia akan menutup aib mereka meskipun sepenuh dunia. Ya Allah, ampunilah kami dan tutupilah aib kami.

[6] Masing-masing lapisan di atas yang lain, Dia menciptakannya dalam keadaan yang sangat bagus dan rapi.

[7] Bisa juga diartikan dengan kerusakan dan kekurangan. Jika pada langit tidak terdapat kerusakan, maka berarti langit itu sangat indah dan sempurna, seimbang dan sesuai baik warnanya, bentuknya maupun tingginya, demikian pula apa yang ada di sana seperti matahari, bulan, bintang, benda langit yang diam dan yang bergerak.

[8] Oleh karena kesempurnaannya sudah dimaklumi, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan agar melihat sekali lagi dan memperhatikan segala penjurunya.

[9] Sambil memikirkan dan mengambil pelajaran.

[10] Maksudnya adalah melihatnya berkali-kali.

[11] Ternyata tidak ada cacat.

[12] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan secara tegas keindahannya.

[13] Dengan bumi.

[14] Dengan cahayanya yang beraneka ragam, dimana jika tidak ada bintang tentu langit menjadi atap yang gelap dan menjadi tidak indah dan tidak menarik. Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga menjadikannya sebagai petunjuk bagi musafir di kegelapan daratan dan lautan.

[15] Apabila mereka (para setan) mencuri berita dari langit, yaitu dengan dilepasnya meteor dari bintang-bintang seperti suluh api yang diambil dari api, kemudian dilemparkan kepada jin sehingga jin yang mencuri berita itu terbunuh atau anggota badannya terpotong, bukan maksudnya bahwa bintang-bintang besar di langit jatuh menimpa setan. Dengan demikian, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan bintang-bintang untuk menjaga langit.

[16] Di akhirat.

[17] Karena mereka durhaka kepada Allah dan menyesatkan hamba-hamba-Nya. Demikian pula para pengikut setan dari kalangan orang-orang kafir juga Allah siapkan azab neraka yang menyala-nyala sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

[18] Yakni dengan dihinakan dan direndahkan.

[19] Kepada orang-orang kafir.

[20] Yaitu Rasul yang datang memberikan peringatan terhadap azab akhirat.

[21] Mereka menggabung antara mendustakan secara khusus dengan mendustakan secara umum kepada semua yang Allah turunkan, bahkan tidak hanya itu, mereka terang-terangan menyesatkan para rasul yang memberi peringatan, padahal sesungguhnya mereka adalah para pemimpin yang memberi petunjuk.

[22] Mengakui ketidaklayakan mendapat petunjuk.

[23] Mereka singkirkan jalan-jalan petunjuk yaitu mendengar apa yang Allah turunkan dan apa yang dibawa para rasul serta akal yang bermanfaat bagi pemiliknya, yang mengarahkannya kepada hakikat segala sesuatu, mengutamakan kebaikan, membuat berhenti terhadap semua yang berakibat buruk, sehingga mereka tidak memiliki pendengaran dan akal lagi. Berbeda dengan orang-orang yang yakin dan berilmu; orang-orang yang jujur dan beriman, mereka perkuat keimanan mereka dengan dalil-dalil yang sam’i (naqli), mereka dengar semua yang datang dari Allah dan yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengilmuinya dan mengamalkannya. Demikian pula mereka perkuat iman mereka dengan dalil-dalil ‘aqli (akal) sehingga mereka dapat mengetahui mana petunjuk dan mana kesesatan, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang indah dan mana yang jelek, maka Mahasuci Allah yang telah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dan menelantarkan siapa yang tidak layak memperoleh kebaikan.

[24] Yaitu mendustakan para pemberi peringatan.

[25] Sungguh sengsara dan binasa mereka karena tidak memperoleh pahala Allah, menetap terus di neraka yang membakar badan mereka dan menembus sampai ke hati.

5 komentar:

  1. Ya Rabbi, terimalah taubatku.....

    BalasHapus
  2. Sumber tafsir ini dari mana ya?
    Misalnya :
    "[15] Apabila mereka (para setan) mencuri berita dari langit, yaitu dengan dilepasnya meteor dari bintang-bintang seperti suluh api yang diambil dari api, kemudian dilemparkan kepada jin sehingga jin yang mencuri berita itu terbunuh atau anggota badannya terpotong, bukan maksudnya bahwa bintang-bintang besar di langit jatuh menimpa setan. Dengan demikian, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan bintang-bintang untuk menjaga langit."

    Bintang jelas bukan meteor, dan meteor tidaklah bergerak karena dia dilemparkan oleh subyek tertentu pada obyek tertentu (setan). Meteor hanya "jatuh" sebagaimana daun yang lepas dari dahan pohon, jatuh. Bedanya, meteor bermula dari tempat yang sangat tinggi, maka gesekannya dengan udara menimbulkan panas dan api, seolah - olah seperti bola api yang berlari di atmosfer.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah pertanyaanku terjawab, makasih yah Narasoma...:)

      Hapus
    2. Memang meter itu tidak sama dengan bintang. Tapi bagi masyarakat yang dihadapi oleh Rasulullah SAW keduanya kelihatannya sama saja. Jadi dari pada berdebat tentang terminologi sebaiknya membahas kasus itu sebagai salah satu bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala

      Hapus
  3. nyoto, AAMIIN.
    sama2 yah nyoto

    BalasHapus