Ayat 9-17: Mengingatkan karunia Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum mukmin dengan diberi-Nya pertolongan dalam perang Ahzab, serta membongkar kedok kaum munafik.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (٩) إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الأبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (١٠) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالا شَدِيدًا (١١) وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلا غُرُورًا (١٢) وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلا فِرَارًا (١٣) وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِمْ مِنْ أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لآتَوْهَا وَمَا تَلَبَّثُوا بِهَا إِلا يَسِيرًا (١٤) وَلَقَدْ كَانُوا عَاهَدُوا اللَّهَ مِن قَبْلُ لا يُوَلُّونَ الأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللَّهِ مَسْؤُولا (١٥) قُل لَّن يَنفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لّا تُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَلِيلا (١٦) قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا (١٧)
Terjemah Surat Al Ahzab Ayat 9-17
9. [1]Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu[2]. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
10. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu[3], dan ketika penglihatanmu terpana[4] dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan[5] dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah[6].
11. Disitulah diuji orang-orang mukmin[7] dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat[8].
12. Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit[9] berkata, "Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada Kami hanya tipu daya belaka[10].”
13. Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka[11] berkata, "Wahai penduduk Yatsrib (Madinah)![12] Tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu[13].” Dan sebahagian dari mereka meminta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, "Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)[14].” Padahal rumah-rumah itu tidak terbuka, mereka hanyalah hendak lari.
14. Dan kalau (Madinah) diserang dari segala penjuru, dan mereka diminta agar melakukan fitnah[15], niscaya mereka mengerjakannya; dan hanya sebentar saja mereka menunggu[16].
15. Dan sungguh, mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah, tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungjawabannya.
16. Katakanlah (Muhammad)[17], "Lari tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan[18], dan jika demikian (kamu terhindar dari kematian)[19] kamu hanya akan mengecap kesenangan sebentar saja.”
17. [20]Katakanlah, "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (ketentuan) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu[21]?" Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung[22] dan penolong[23] selain Allah[24].
Ayat 18-20: Celaan kepada orang-orang yang lari dari peperangan, terlebih kepada mereka yang mengendorkan semangat jihad.
قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنْكُمْ وَالْقَائِلِينَ لإخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلا يَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلا قَلِيلا (١٨) أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَاءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُولَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا (١٩)يَحْسَبُونَ الأحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِنْ يَأْتِ الأحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُمْ بَادُونَ فِي الأعْرَابِ يَسْأَلُونَ عَنْ أَنْبَائِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُمْ مَا قَاتَلُوا إِلا قَلِيلا (٢٠)
Terjemah Surat Al Ahzab Ayat 18-20
18. [25]Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, "Marilah (kembali) bersama kami.” Padahal mereka datang berperang hanya sebentar[26],
19. Mereka kikir terhadapmu[27]. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati[28], dan apabila ketakutan telah hilang[29], mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam[30], sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan[31]. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.
20. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi[32], dan jika golongan-golongan (yang bersekutu) itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badui[33], sambil menanyakan berita tentang kamu[34]. Dan sekiranya mereka berada bersamamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja[35].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin nikmat-Nya kepada mereka dan mendorong mereka untuk mensyukurinya, yaitu ketika datang kepada mereka penduduk Mekah dan Hijaz dari atas mereka, penduduk Nejd dari bawah mereka, dan mereka bekerja sama dan bersekutu untuk memusnahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, yaitu pada saat perang Khandaq. Pasukan yang bersekutu itu juga dibantu oleh orang-orang Yahudi yang berada di sekitar Madinah, sehingga mereka datang menyerang kaum muslimin dalam jumlah yang besar. Ketika itu parit telah dibuat di sekitar Madinah, dan musuh telah mengepung Madinah, keadaan pun menjadi parah sampai hati mereka menyesak ke tenggorokan dan banyak yang berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah karena mereka melihat sebab-sebab kehancuran mereka dari berbagai arah, dan pengepungan itu terus berlalu dalam beberapa hari.
[2] Ayat ini menerangkan kisah Ahzab, yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada perangan Khandaq karena menentang Allah dan Rasul-Nya. Yang dimaksud dengan tentara yang tidak dapat kamu lihat adalah para malaikat yang sengaja didatangkan Allah untuk menghancurkan musuh-musuh-Nya itu.
[3] Dari atas lembah dan dari bawahnya, dari timur dan barat.
[4] Melihat musuh ada di berbagai arah.
[5] Maksudnya ialah menggambarkan bagaimana hebatnya perasaan takut dan perasaan gentar pada waktu itu.
[6] Seperti menyangka bahwa Allah tidak akan memenangkan agama-Nya dan tidak akan meninggikan kalimat-Nya.
[7] Agar tampak jelas, siapa yang ikhlas dan siapa yang tidak.
[8] Ketika itu kelihatan sekali –wal hamdulillah- keimanan kaum mukmin, iman mereka menjadi bertambah dan keyakinan mereka meningkat sehingga mereka mengungguli kaum mukmin di masa lalu dan di masa mendatang. Ketika itu, kaum mukmin berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya, dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.” Peristiwa itu malah menambah iman mereka. Berbeda dengan orang-orang munafik, mereka malah berkata, “Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada Kami hanya tipu daya belaka.”
[9] Yakni lemah keyakinannya.
[10] Inilah kebiasaan orang-orang munafik ketika menghadapi cobaan, imannya tidak kokoh, dan melihat dengan pandangannya yang pendek kepada keadaan saat itu.
[11] Yaitu kaum munafik. Ketika mereka keluh kesah, kurang kesabarannya, sehingga menjadi orang-orang yang mengendorkan semangat kaum mukmin.
[12] Mereka melupakan nama yang baru bagi kota itu, yaitu Madinah. Hal ini menunjukkan bahwa agama dan persaudaraan iman tidak memiliki arti apa-apa dalam hati mereka.
[13] Ke rumah-rumahmu di Madinah. Ketika itu mereka keluar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke gunung Sila’ yang berada di luar Madinah untuk berperang. Golongan kaum munafik ini adalah golongan yang paling buruk dan paling merugikan, melumpuhkan jihad dan jelas sekali, bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk melawan musuh. Selain golongan ini ada pula golongan yang lain, yang berada di belakang, mereka berada di belakang karena rasa takut dan sifat pengecut, mereka lebih suka di belakang barisan, sehingga mereka mengemukakan berbagai alasan yang batil agar dimaafkan sebagaimana yang dijelaskan dalam lanjutan ayat di atas.
[14] Yakni dalam bahaya, dan kami mengkhawatirkan serangan musuh terhadapnya, sedangkan kami tidak berada di sana. Oleh karena itu, izinkanlah kepada kami untuk pulang, agar kami dapat menjaga rumah kami. Ucapan mereka ini sebagaimana dalam ayat di atas adalah dusta. Iman mereka lemah, dan tidak kokoh ketika menghadai fitnah.
[15] Yang dimaksud dengan melakukan fitnah ialah murtad, atau memerangi orang Islam.
[16] Mereka tidak memiliki kekuatan dan kekokohan di atas agama, bahkan dengan berkuasanya musuh, mereka segera memberikan apa yang musuh inginkan. Seperti inilah keadaan mereka. Padahal, mereka telah berjanji kepada Allah untuk tidak mundur, sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.
[17] Kepada mereka sambil mencela mereka dan memberitahukan, bahwa hal itu tidaklah berfaedah apa-apa bagi mereka.
[18] Meskipun kamu berada di rumahmu, niscaya orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh akan keluar juga ke tempat mereka terbunuh. Sebab hanyalah bermanfaat jika tidak berbenturan dengan qadha’ dan qadar, akan tetapi apabila berbenturan dengan qadar, maka segala sebab akan lenyap, dan semua wasilah (sarana) yang disangka seseorang bermanfaat akan sia-sia.
[19] Ketika kamu melarikan diri agar selamat dari mati atau terbunuh, lalu kamu dapat bersenang-senang di dunia.
[20] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan, bahwa semua sebab tidaklah berguna bagi seorang hamba apabila Allah menghendaki bencana atas dirinya.
[21] Karena sesungguhnya Dialah Allah yang memberi dan menghalangi, yang memberi manfaat dan yang menimpakan madharrat; tidak ada yang mendatangkan kebaikan selain Dia dan tidak ada yang dapat menghindarkan bencana selain Dia.
[22] Yang memberi manfaat kepada mereka.
[23] Yang menghindarkan bahaya.
[24] Oleh karena itu, hendaklah mereka menaati Tuhan yang sendiri mengatur segala urusan, yang kehendak-Nya berlaku, qadar-Nya berjalan, dan tidaklah bermanfaat pelindung dan penolong jika Dia tidak melindungi dan menolong.
[25] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengancam orang-orang yang menghalang-halangi dan mengendorkan semangat kaum muslimin.
[26] Karena riya’ atau sum’ah. Mereka adalah orang yang paling ingin tidak ikut berperang karena tidak adanya pendorong untuk itu, yaitu iman dan sabar, dan adanya hal yang menghendaki untuk bersikap pengecut, berupa kemunafikan dan tidak adanya iman.
[27] Mereka kikir mengorbankan jiwa untuk berperang, dan kikir mengorbankan harta untuknya. Oleh karena itu, mereka tidak berjihad dengan jiwa dan hartanya.
[28] Karena sifat pengecut yang mencopot hati mereka dan gelisah yang membuat mereka lupa segalanya dan takut jika mereka dipaksa untuk hal yang mereka benci, yaitu perang.
[29] Keadaan menjadi aman dan tenteram, atau ghanimah telah diperoleh dan berhasil dikumpulkan.
[30] Mereka akan berbicara dengan kata-kata yang keras dan mengemukakan dakwaan yang tidak benar. Ketika itu, mereka tampil seakan-akan sebagai orang-orang yang berani.
[31] Mereka tidak mau mengorbankan milik mereka sedikit pun, tetapi mereka menuntut ghanimah. Ini adalah keadaan yang sangat buruk yang ada dalam diri seseorang. Kikir untuk berbuat yang diperintahkan, kikir mengorbankan harta di jalan Allah, kikir mengorbankan jiwa di jalan Allah, kikir dengan apa yang ada padanya, seperti kedudukannya sehingga tidak mau membantu orang lain, kikir dengan ilmunya, nasihatnya dan pendapatnya sehingga tidak memberikannya kecuali jika ia memperoleh keuntungan. Berbeda dengan orang-orang mukmin, Allah menjaga mereka dari kekikiran diri mereka, diberi-Nya mereka taufik untuk mengerjakan apa yang diperintahkan, mereka rela mengorbankan jiwa dan harta mereka di jalan-Nya untuk meninggikan kalimat-Nya, mereka senang memberikan harta mereka pada pos-pos kebaikan, demikian pula memberikan bantuan kepada orang lain dengan kedudukan dan ilmu mereka.
[32] Kembali ke Mekah, karena takut kepada mereka.
[33] Mereka tidak ingin tinggal di Madinah dan tidak ingin dekat dengannya, dan ingin bersama dengan orang-orang Arab baduwi.
[34] Tentang perlawananmu dengan orang-orang kafir.
[35] Karena riya’ atau takut celaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar