Jumat, 08 Maret 2013

Tafsir Yunus Ayat 1-10

Surah Yunus

Surah ke-10. 109 ayat. Makkiyyah, kecuali ayat 40, 94, dan 95

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-2: Al Qur’anul Karim dan sikap kaum musyrik kepadanya dan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam

الر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ (١) أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ       (٢)

Terjemah Surat Yunus Ayat 1-2

1.Alif laam raa. Inilah ayat-ayat Al Quran yang penuh hikmah[1].

2. Pantaskah manusia menjadi heran bahwa Kami memberi wahyu kepada seorang laki-laki di antara mereka[2], "Berilah peringatan kepada manusia[3] dan gembirakanlah orang-orang yang beriman[4] bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan[5]." Orang-orang kafir berkata[6], "Orang ini (Muhammad) benar-benar pesihir yang nyata[7].”

Ayat 3-6: Bukti-bukti terhadap keesaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, kekuasaan-Nya di atas segala sesuatu dan merenungkan ciptaan-Nya

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (٣) إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا إِنَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (٤) هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٥) إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ (٦

Terjemah Surat Yunus Ayat 3-6

3.[8] Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari[9], kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy (singgasana)[10] untuk mengatur segala urusan[11]. Tidak ada yang dapat memberi syafa'at kecuali setelah ada izin-Nya[12]. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia (saja). Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?[13]

4.[14] Hanya kepada-Nya kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar dan pasti. Sesungguhnya Dialah yang memulai penciptaan makhluk kemudian mengulanginya (menghidupkannya kembali setelah berbangkit)[15], agar Dia memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dengan adil. Sedangkan untuk orang-orang kafir[16] (disediakan) minuman air yang mendidih[17] dan siksaan yang pedih karena kekafiran mereka[18].

5.[19] Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar[20]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui[21].

6. Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang[22] dan pada apa yang diciptakan Allah di langit[23] dan di bumi[24], pasti terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa[25].

Ayat 7-10: Ancaman keras kepada orang yang lebih ridha dengan kehidupan dunia, merasa tenteram dengannya, dan bahwa kenikmatan yang kekal akan diperoleh orang yang mengikuti jalan yang lurus

إِنَّ الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ (٧) أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٨) إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الأنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (٩) دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٠

Terjemah Surat Yunus Ayat 7-10

7. Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami[26], dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan (kehidupan itu)[27] dan orang-orang yang melalaikan[28] ayat-ayat Kami,

8. Mereka itu tempatnya di neraka, karena apa yang telah mereka lakukan[29].

9. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh[30], niscaya diberi petunjuk oleh Tuhan karena keimanannya[31]. Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan[32], mengalir di bawahnya sungai-sungai,

10. Doa[33] mereka di dalamnya ialah, "Subhanakallahumma" (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, "Salam" (salam sejahtera)[34]. Dan penutup doa mereka ialah, "Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin" (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam).


[1] Yang penuh hikmah dan hukum, di mana ayat-ayat-Nya menunjukkan hakikat iman, perintah dan larangan, yang semua umat wajib menerimanya dengan sikap ridha dan menerima. Namun demikian, kebanyakan manusia berpaling darinya sehingga mereka tidak mengetahui yang akhirnya mereka merasa heran jika ada manusia yang diberi wahyu oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[2] Yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

[3] Yakni orang-orang kafir dengan azab dan memperingatkan mereka dengan ayat-ayat-Nya.

[4] Yang jujur imannya.

[5] Yaitu pahala yang banyak karena amal yang telah mereka kerjakan.

[6] Karena heran kepada orang itu (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam).

[7] Hal ini karena kebodohan mereka dan sikap kerasnya, mereka merasa heran terhadap sesuatu yang tidak mengherankan disebabka kebodohan dan ketidaktahuan mereka terhadap hal yang bermaslahat bagi mereka. Bagaimana mereka tidak beriman kepada Rasul yang mulia itu, yang diutus Allah dari kalangan mereka sendiri, di mana mereka mengetahui kepribadiannya yang mulia, namun mereka menolak dakwahnya dan berusaha membatalkan agamanya, tetapi Allah akan menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.

[8] Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan rububiyyah (kepengurusan)-Nya terhadap alam semesta, keberhakan-Nya untuk diibadahi dan keagungan-Nya.

[9] Meskipun Dia mampu menciptakannya sekejap mata. Tidak dilakukan-Nya demikian adalah karena hikmah(kebijaksanaan)-Nya dan karena Dia Maha Lembut dalam perbuatannya. Di antara hikmah-Nya pula adalah untuk mengajarkan tatsabbut (sikap tidak tergesa-gesa) kepada makhluk, dan bahwa Dia menciptakannya dengan benar dan untuk kebenaran agar Dia dikenal dengan nama-nama dan sifat-Nya serta diesakan dalam ibadah.

Tentang hari di sini ada yang berpendapat seperti hari-hari di dunia dan ada pula yang berpendapat bahwa satu harinya 1000 tahun, wallahu a’lam.

[10] Yang sesuai dengan kebesaran-Nya.

[11] Baik di langit maupun di bumi dengan menghidupkan dan mematikan, menurunkan rezeki, mempergilirkan hari-hari bagi manusia, menghilangkan derita orang yang terkena musibah, mengabulkan doa orang yang berdoa. Berbagai bentuk pengaturan turun dari-Nya dan naik kepada-Nya, semua makhluk tunduk kepada keperkasaan-Nya, tunduk pula kepada keagungan dan kekuasaan-Nya.

[12] Ayat ini sebagai bantahan terhadap keyakinan kaum musyrik bahwa berhala atau patung dapat memberi syafa’at kepada mereka. Ayat ini menerangkan, bahwa tidak ada yang maju untuk memberi syafaat meskipun ia makhluk yang paling utama sampai Allah mengizinkan, dan Dia tidak mengizinkannya kecuali bagi orang yang diridhai-Nya, dan Dia tidak ridha kecuali kepada Ahli tauhid dan ikhlas.

[13] Yakni terhadap dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Dia yang satu-satunya berhak disembah; yang memiliki keagungan dan kemuliaan.

[14] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan hukum qadari-Nya, yaitu pengaturan-Nya secara umum terhadap alam semesta, dan menyebutkan hukum agama-Nya, yaitu syari’at-Nya yang tujuannya adalah agar menyembah kepada-Nya saja, maka di ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan hukum jaza’inya, yaitu pembalasan terhadap amal setelah manusia mati.

[15] Dan menghidupkan kembali lebih mudah daripada memulai pertama kali.

[16] Kafir kepada ayat-ayat Allah dan mendustakan para rasul Allah.

[17] Yang dapat memanaskan muka dan memutuskan ususnya.

[18] Allah tidak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.

[19] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menguatkan rububiyyah-Nya dan uluhiyyah-Nya (keberhakan untuk diibadahi), Allah menyebutkan dalil akal yang menunjukkan demikian dan menunjukkan kesempurnaan-Nya baik dalam nama maupun sifat-Nya. Dalil-dalil tersebut misalnya matahari, bulan, langit, bumi dan semua yang diciptakan Allah, dan Allah memberitahukan bahwa ayat-ayat tersebut untuk kaum yang mengetahui atau yang bertakwa.

[20] Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah main-main, melainkan dengan penuh hikmah

[21]Ayat-ayat Allah diperuntukkan kepada orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang bertakwa karena mereka yang dapat mengambil manfaatnya. Ilmu (pengetahuan) membawa untuk mengetahui dilalah (yang ditunjukkan) di dalamnya serta mengetahui cara menggali hukum dari dalil dengan cara yang lebih dekat, sedangkan takwa menimbulkan cinta kepada kebaikan di hati, takut terhadap keburukan, di mana keduanya muncul dari dalil dalil dan bukti, dan dari ilmu serta keyakinan.

Kesimpulannya, bahwa Allah menciptakan semua makhluk dengan bentuk seperti itu menunjukkan kekuasaan Allah, ilmu-Nya yang luas, Maha Hidup-Nya dan mengurus makhluk-Nya. Kerapihan dan keindahannya menunjukkan sempurnanya hikmah (kebijaksanaan) Allah, bagusnya ciptaan-Nya dan luasnya ilmu-Nya. Berbagai manfaat dan maslahat seperti dijadikan-Nya matahari bersinar, bulan bercahaya agar dengan keduanya diraih manfaat penting, yang demikian menunjukkan luasnya rahmat Allah, perhatian-Nya terhadap hamba-hamba-Nya, dan luasnya kebaikan-Nya.

[22] Dengan datang kemudian pergi, bertambah dan berkurang.

[23] Seperti malaikat, matahari, bulan, bintang-bintang, dsb.

[24] Seperti manusia dan hewan, gunung, laut, sungai, pepohonan, dsb.

[25] Disebutkan secara khusus mereka, karena merekalah yang dapat mengambil manfaat daripadanya. Dalam ayat ini terdapat anjuran dan dorongan untuk memikirkan makhluk-makhluk Allah dan melihat dengan mata dengan maksud mengambil pelajaran. Dengan inilah bashirah (mata hati) terbuka, iman dan akal bertambah, dan bakatnya menguat, sebaliknya jika hal tersebut (berpikir) diremehkan, maka ia sama saja meremehkan perintah Allah, menutup bertambahnya iman dan membuat kaku pikiran serta bakat.

[26] Maksudnya tidak percaya akan adanya kebangkitan atau tidak berharap dan tidak suka bertemu dengan Allah..

[27] Mereka menjadikan dunia sebagai cita-cita tertinggi mereka, oleh karenanya mereka berusaha mengejarnya, senang dengan kenikmatannya dengan apa pun caranya yang penting mereka dapat memperolehnya. Mereka telah alihkan keinginan, niat, pikiran dan perbuatan mereka untuknya seakan-akan mereka diciptakan untuk kekal di dunia, dan seakan-akan dunia bukanlah tempat melintas yang seorang musafir hanya menjadikan sebagai tempat menambah perbekalan menuju tempat yang kekal, di mana orang-orang tedahulu maupun yang datang setelahnya berusaha mengejar kenikmatannya.

[28] Yakni tidak memperhatikan. Mereka tidak mengambil manfaat dari ayat-ayat Al Qur’an, ayat-ayat Allah yang ada di alam semesta dan yang ada dalam diri mereka sendiri. Berpaling dari ayat-ayat itu sehingga membuatnya lalai.

[29] Berupa syirk dan kemaksiatan.

[30] Mereka menggabung antara iman dengan mengerjakan yang harus dikerjakan dan konsekwensinya berupa amal saleh, amal yang mencakup amalan hati dan amalan anggota badan dengan ikhlas dan sesuai sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

[31] Maksudnya bahwa Allah memberikan hidayah kepada mereka karena sebab keimanannya, Dia mengajarkan kepada mereka apa-apa yang bermanfaat bagi mereka, mengaruniakan mereka amal yang muncul dari hidayah, menunjukkan mereka untuk memperhatikan ayat-ayat-Nya, menunjukkan kepada mereka ke jalan yang lurus dan di dalam jalan yang lurus, dan di akhirat, mereka dituntun ke jalan yang mengarah kepada surga.

[32] Kata “surga” diidhafatkan (disandarkan) oleh Allah dengan kenikmatan, karena di dalamnya mengandung kenikmatan yang sempurna, kenikmatan hati dengan bergembira, senang dan bahagia, melihat Allah dan mendengar firman-Nya, bergembira dengan keridhaan-Nya dan dekat dengan-Nya, bisa bertemu dengan para kekasih dan kawan-kawan, mendengarkan nyanyian yang membuat riang dan melihat pemandangan yang menyenangkan. Sedangkan nikmat pada badan adalah dengan makan makanan yang bermacam-macam, minuman yang beraneka ragam dan menikmati pernikahan, dsb. Di mana kesenangannya belum pernah terlintas di hati manusia, dan tidak ada seorang pun yang dapat menyifatinya.

[33] Maksudnya puja dan puji mereka kepada Allah adalah ucapan “Subhaanakallahumma”. Ada pula yang menafsirkan, bahwa permintaan mereka kepada apa yang mereka inginkan di surga adalah dengan mengucapkan, “Subhaanakallahumma,” lalu permintaan mereka langsung ada di hadapan. Setelah selesai, mereka mengucapkan “Al Hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.” Ada pula yang menafsirkan, bahwa ibadah mereka di sana karena Allah, diawali dengan tasbih dan diakhiri dengan tahmid. Ketika itu semua beban telah gugur dari mereka, yang ada adalah kelezatan yang paling sempurna, yang lebih lezat dari makanan yang lezat, yaitu dzikrullah, di mana dengannya hati mereka tenang. Hal itu bagi mereka seperti bernafas tanpa ada beban sedikit pun.

[34] Penghormatan antara sesama mereka ketika bertemu dan berkunjung adalah salam; ucapan yang selamat dari ucapan sia-sia dan dosa.

2 komentar: