Ayat 10-22: Kisah Nabi Musa dan saudaranya Nabi Harun ‘alaihimas salam, pengutusan keduanya kepada Fir’aun serta perintah mereka berdua kepada Fir’aun agar mengesakan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
وَإِذْ نَادَى رَبُّكَ مُوسَى أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (١٠) قَوْمَ فِرْعَوْنَ أَلا يَتَّقُونَ (١١) قَالَ رَبِّ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ (١٢) وَيَضِيقُ صَدْرِي وَلا يَنْطَلِقُ لِسَانِي فَأَرْسِلْ إِلَى هَارُونَ (١٣) وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ (١٤) قَالَ كَلا فَاذْهَبَا بِآيَاتِنَا إِنَّا مَعَكُمْ مُسْتَمِعُونَ (١٥) فَأْتِيَا فِرْعَوْنَ فَقُولا إِنَّا رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٦)أَنْ أَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ (١٧) قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ (١٨) وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ (١٩) قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ (٢٠)فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ (٢١)وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ (٢٢
10. [1]Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa[2] (dengan firman-Nya), "Datangilah kaum yang zalim itu,
11. (yaitu) kaum Fir'aun[3]. [4]Mengapa mereka tidak bertakwa[5]?"
12. Dia (Musa) berkata[6], "Ya Tuhanku, sungguh, aku takut mereka akan mendustakan aku,
13. sehingga dadaku terasa sempit[7] dan lidahku tidak lancar, maka utuslah Harun (bersamaku)[8].
14. Sebab aku berdosa terhadap mereka[9], maka aku takut mereka akan membunuhku.”
15. Allah berfirman, “Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu)[10]! Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat)[11]; sungguh, Kami bersamamu mendengarkan (apa yang mereka katakan),
16. maka datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan Katakan, "Sesungguhnya kami adalah rasul Tuhan seluruh alam[12],
17. lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami[13].”
18. [14]Dia (Fir'aun) menjawab, "Bukankah Kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak[15] dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu[16].
19. Dan engkau (Musa) telah melakukan kesalahan dari perbuatan yang telah engkau lakukan[17] dan engkau termasuk orang yang tidak tahu berterima kasih.
20. Dia (Musa) berkata, "Aku telah melakukannya, dan ketika itu aku termasuk orang yang khilaf[18].
21. Lalu aku lari darimu karena aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku menganugerahkan ilmu kepadaku serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul[19].
22. Dan itulah kebaikan yang telah engkau berikan kepadaku, (sementara) itu engkau telah memperbudak Bani Israil[20].”
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengulangi beberapa kali kisah Musa dalam Al Qur’an tidak seperti kisah yang lain, karena di dalamnya terdapat hikmah-hikmah yang besar dan pelajaran, di dalamnya terdapat berita Beliau ketika berhadapan dengan orang-orang zalim, Musa juga sebagai penerima syariat yang besar, penerima Taurat yang merupakan kitab yang paling utama setelah Al Qur’an.
[2] Yaitu ketika Dia berbicara dengan Musa, mengangkatnya sebagai nabi dan rasul.
[3] Mereka menzalimi diri mereka dengan kafir kepada Allah, dan menzalimi Bani Israil dengan memperbudak mereka.
[4] Maksudnya, katakanlah kepada mereka dengan kata-kata yang lembut dan halus, “Mengapa kamu tidak bertakwa?” yakni kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan memberimu rezeki dengan meninggalkan kekafiran yang selama ini kamu lakukan.
[5] Dengan mentauhidkan-Nya dan menaati-Nya.
[6] Meminta uzur kepada-Nya sambil menerangkan uzurnya dan meminta bantuan-Nya terhadap beban yang berat itu.
[7] Karena pendustaan mereka kepadaku.
[8] Maksudnya, agar Harun itu diangkat menjadi Rasul untuk membantunya. Maka Allah mengabulkan permintaannya.
[9] Musa mengatakan bahwa dirinya berdosa terhadap orang-orang Mesir adalah menurut anggapan orang-orang Mesir itu, karena sebenarnya Musa tidak berdosa karena dia membunuh orang Mesir itu tidak dengan sengaja. Selanjutnya lihat surah Al Qashash ayat 15.
[10] Meskipun Beliau menentang Fir’aun dan kaumnya, menganggap mereka kurang akal serta menganggap sesat mereka (Fir’aun dan kaumnya).
[11] Yang menunjukkan kebenaran kamu berdua dan benarnya apa yang kamu bawa.
[12] Yakni agar engkau beriman kepada-Nya dan kepada kami serta tunduk beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya.
[13] Yakni ke Syam. Hentikanlah siksaan-Mu terhadap mereka dan angkatlah tanganmu dari menahan mereka agar mereka dapat beribadah kepada Tuhan mereka serta menegakkan ajaran agama mereka.
[14] Setelah keduanya (Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimas salam) mendatangi Fir’aun dan mengatakan kepadanya apa yang diperintahkan Allah, namun ternyata Fir’aun tidak mau beriman.
[15] Yaitu sejak dalam buaian.
[16] Menurut Ibnu Abbas, bahwa Nabi Musa ‘alaihis salam tinggal di lingkungan keluarga Fir’aun selama 18 tahun. Menurut Ibnus Saa’ib, 40 tahun, Sedangkan menurut Muqaatil 30 tahun, dan ini yang disebutkan dalam Tafsir Al Baghawi dan Al Jalaalain.
[17] Maksudnya adalah perbuatan Nabi Musa ‘alaihis salam membunuh orang Qibti. Lihat pula surah Al Qashash ayat 15.
[18] Yakni belum memperoleh ilmu dan risalah dari Allah, lalu Beliau meminta ampun kepada Allah dan Dia mengampuninya.
[19] Kesimpulannya, penentangan Fir’aun kepada Musa adalah penentangan dari orang jahil (bodoh) atau pura-pura jahil, ia menolak kerasulannya karena Musa telah melakukan pembunuhan, maka Nabi Musa ‘alaihis salam menjawab bahwa perbuatan yang Beliau lakukan itu karena khilaf (tidak disengaja) dan tidak ada maksud untuk membunuh, dan bahwa nikmat Allah Ta’ala, yakni kerasulan tidaklah dihalangi diberikan kepada seseorang.
[20] Jika diteliti dengan seksama, maka diketahui bahwa Fir’aun tidak memberikan kebaikan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam, karena Fir’aun telah memperbudak kaum Nabi Musa ‘alaihis salam, yaitu Bani Israil dan menzalimi mereka, adapun Nabi Musa ‘alaihis salam, maka Allah selamatkan Beliau dari kezaliman itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar