Ayat 57-58: Sempurnanya ibadah dengan adanya sikap khauf (takut) dan raja’ (berharap), dan bahwa kehancuran itu disebabkan dosa dan maksiat.
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا (٥٧) وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ إِلا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا (٥٨
Terjemah Surat Al Isra Ayat 57-58
57. Orang-orang yang mereka seru itu[1], mereka sendiri mencari jalan[2] kepada Tuhan siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya[3]. Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti[4].”
58. Dan tidak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat[5] atau Kami siksa (penduduknya) dengan siksa yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh)[6].
Ayat 59-60: Di antara karunia Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada kaum Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu ditundanya azab dari mereka sampai selesai risalah Beliau.
وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا (٥٩) وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلا طُغْيَانًا كَبِيرًا (٦٠
Terjemah Surat Al Isra Ayat 59-60
59. [7]Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan kami)[8], melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang terdahulu[9]. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya (unta betina itu)[10]. Dan Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti[11].
60. Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu, "Sungguh, (ilmu) Tuhanmu meliputi seluruh manusia[12].” Dan Kami tidak menjadikan mimpi[13] yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia[14] dan (begitu pula) pohon yang terkutuk dalam Al Quran[15]. Dan Kami menakut-nakuti mereka[16], tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.
Ayat 61-65: Peringatan agar tidak mengikuti setan dan penyesatan yang dilakukannya kepada anak cucu Adam.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا (٦١) قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا قَلِيلا (٦٢) قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا (٦٣) وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا (٦٤) إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلا (٦٥
Terjemah Surat Al Isra Ayat 61-65
61. [17]Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu semua kepada Adam[18],” lalu mereka sujud, kecuali iblis. Ia (Iblis) berkata, "Apakah aku harus bersujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"
62. Ia (iblis) berkata, "Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan daripada aku[19]? Sekiranya Engkau memberi waktu kepadaku sampai hari kiamat, pasti akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil[20].”
63. Dia (Allah) berfirman, "Pergilah[21], tetapi barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sungguh neraka Jahanamlah balasanmu semua, sebagai pembalasan yang cukup.
64. Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau (Iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau)[22], kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki[23], dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak[24] lalu beri janjilah kepada mereka[25].” Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka[26].
65. “Sesungguhnya terhadap hamba-hamba-Ku[27], engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga[28].”
Ayat 66-69: Mengingatkan nikmat-nikmat Allah, menjelaskan keadaan manusia ketika mendapatkan musibah dan keadaan manusia dalam kondisi aman.
رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (٦٦) وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا (٦٧)أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلا (٦٨) أَمْ أَمِنْتُمْ أَنْ يُعِيدَكُمْ فِيهِ تَارَةً أُخْرَى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَاصِفًا مِنَ الرِّيحِ فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ ثُمَّ لا تَجِدُوا لَكُمْ عَلَيْنَا بِهِ تَبِيعًا (٦٩
Terjemah Surat Al Isra Ayat 66-69
66. [29]Tuhanmu yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari karunia-Nya[30]. Sungguh, Dia Maha Penyayang terhadapmu.
67. Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang biasa kamu seru, kecuali Dia. Tetapi ketika Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya). Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur)[31].
68. Maka apakah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan membenamkan sebagian daratan bersama kamu[32] atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil?[33] Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun[34],
69. Ataukah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan mengembalikan kamu ke laut sekali lagi[35], lalu Dia tiupkan angin topan kepada kamu dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu? Kemudian kamu tidak akan mendapatkan seorang penolong pun dalam menghadapi (siksaan) kami.
[1] Maksudnya malaikat, jin yang masuk Islam, Nabi Isa ‘alaihis salam, dan 'Uzair yang mereka sembah itu mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
[2] Berupa amal saleh.
[3] Lalu mengapa mereka (orang-orang musyrik) itu mendakwakan mereka sebagai tuhan?
[4] Dalam ayat ini terdapat pilar-pilar ibadah yang dilakukan oleh mereka yang mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, yaitu rasa takut, rasa harap dan rasa cinta. Oleh karena itu, kecintaan saja yang tidak disertai dengan rasa takut dan kepatuhan, seperti cinta terhadap makanan dan harta, tidaklah termasuk ibadah. Demikian pula rasa takut saja tanpa disertai dengan cinta, seperti takut kepada binatang buas, maka itu tidak termasuk ibadah. Tetapi jika suatu perbuatan di dalamnya menyatu rasa takut dan cinta maka itulah ibadah. Dan ibadah tidak ditujukan kecuali kepada Allah Ta'ala semata. Perlu diketahui, bahwa tanda cinta kepada Allah adalah seorang hamba bersungguh-sungguh mengerjakan amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, berlomba mencari kedekatan-Nya dengan mengikhlaskan amalan karena Allah dan melakukannya dengan cara yang terbaik yang mampu dilakukannya, tentunya di atas sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Barang siapa yang mengaku mencintai Allah, namun tidak melakukan hal itu, maka dia dusta.
[5] Dengan mematikannya.
[6] Oleh karena itu, hendaknya orang-orang yang mendustakan para rasul itu segera kembali kepada Allah dan membenarkan para rasul-Nya sebelum sempurna untuk mereka ketetapan azab.
[7] Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Penduduk Mekah meminta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar Beliau mengubah bukit Shafa menjadi emas, dan agar Beliau menjauhkan gunung-gunung dari mereka sehingga mereka dapat menabur benih (untuk bercocok tanam). Lalu dikatakan kepada Beliau, “Jika engkau mau, maka engkau dapat menundanya, dan jika engkau mau, maka engkau dapat mendatangkan apa yang mereka minta. Jika setelah diturunkan mereka kafir, maka mereka akan dibinasakan sebagaimana orang-orang sebelum mereka dibinasakan.” Beliau bersabda, “Tidak, bahkan aku menunda saja.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat ini, “Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang terdahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat,” Syaikh Muqbil berkata, “Hadits ini dinisbatkan oleh Ibnu Katsir dalam Al Bidayah juz 3 hal. 52 kepada Nasa’i, ia berkata, “Sanadnya jayyid.” Ibnu Jarir juga menyebutkannya pada juz 15 hal. 108, Hakim juz 2 hal. 362, ia berkata, “Shahih isnadnya, namun keduanya (Bukhari-Muslim) tidak menyebutkannya,” dan didiamkan oleh Adz Dzahabiy. Al Haitsami dalam Al Majma’ juz 7 hal. 50 berkata, “Para perawinya adalah para perawi hadits shahih.”
[8] Yang diusulkan kaum Quraisy.
[9] Maksudnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menetapkan bahwa orang-orang yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan-Nya ketika datang, akan dimusnahkan tanpa ditunda lagi. Orang-orang Quraisy meminta kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam agar diturunkan pula kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Allah itu, tetapi Allah tidak akan menurunkannya kepada mereka, karena kalau tanda-tanda kekuasaan Allah itu diturunkan juga, pasti mereka akan mendustakannya, dan tentulah mereka akan dibinasakan seperti umat-umat terdahulu, sedangkan Allah tidak hendak membinasakan kaum Quraisy untuk menyempurnakan urusan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
[10] Lalu mereka dibinasakan.
[11] Agar mereka berhenti dari sikapnya itu..
[12] Baik ilmu-Nya maupun kekuasaan-Nya. Mereka semua dalam genggaman-Nya, oleh karena itu sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepada mereka, dan jangan takut kepada seorang pun, karena Dia yang menjagamu dari mereka. Ayat ini juga sudah cukup bagi orang yang berakal untuk berhenti dari mengerjakan larangan Allah yang ilmu dan kekuasaan-Nya meliputi seluruh manusia.
[13] Mimpi adalah terjemah dari kata Ar Ru'ya dalam ayat ini. Maksudnya adalah mimpi tentang perang Badar yang dialami Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum perang Badar itu terjadi. Namun kebanyakan mufassir menerjemahkan kata Ar Ru'ya tersebut dengan penglihatan, yang maksudnya adalah penglihatan yang dialami Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di malam Isra dan mi'raj.
[14] Yakni sebagai ujian bagi penduduk Mekah, oleh karena itu mereka semakin mendustakan Beliau, sedangkan sebagian orang yang telah beriman kembali murtad ketika diberitahukan peristiwa isra’ dan mi’raj.
[15] Yaitu pohon zaqqum yang tersebut dalam surat As Shaffat ayat 62 sampai dengan 65. Pohon Zaqqum tumbuh di dasar neraka Jahanam. Allah menjadikannya sebagai cobaan bagi mereka. Oleh karena itu, mereka mengatakan karena mengingkarinya, “Bukankah api itu membakar pohon, mengapa malah menumbuhkannya?”
Syaikh As Sa’diy berkata, “Dari sini anda mengetahui, bahwa tidak disebutkan secara tegas dalam Al Qur’an dan As Sunnah peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di akhir-akhir zaman ini lebih tepat dan lebih baik, karena peristiwa yang tidak disaksikan manusia ada yang sebanding. Terkadang akal mereka tidak menerimanya jika langsung diberitahukan sebelum terjadinya, sehingga hal itu menyebabkan keraguan di hati sebagian kaum mukmin, menghalangi non muslim masuk Islam dan menjauhkannya. Bahkan Allah menyebutkannya dengan lafaz-lafaz yang umum mengena kepada segala sesuatu yang akan terjadi.”
[16] Dengan banyak ayat (tanda kekuasaan-Nya)
[17] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan tentang kerasnya permusuhan setan kepada manusia dan keinginannya untuk menyesatkan mereka (manusia).
[18] Sebagai penghormatan, bukan sujud ibadah.
[19] Yakni padahal aku Engkau ciptakan dari api.
[20] Yang Engkau jaga.
[21] Dengan diberi tangguh sampai tiupan yang pertama.
[22] Seperti dengan nyanyian, alat musik, dan semua seruan yang mengajak kepada maksiat.
[23] Termasuk pula pasukan berkuda dan pejalan kaki dari kalangan manusia yang berjalan dalam bermaksiat kepada Allah, ia termasuk pasukan setan.
[24] Hal ini mencakup semua maksiat yang terkait dengan harta dan anak, seperti enggan membayar zakat, kaffarat dan hak-hak yang wajib, harta riba, mengambil harta tanpa haknya, dan harta hasil ghasb (rampasan). Demikian pula tidak mendidik anak di atas kebaikan; di atas ‘aqidah yang benar, ibadah yang sahih dan akhlak yang mulia. Bahkan banyak mufassir yang menggolongkan pula dalam keikutseraan setan pada harta dan anak, yaitu tidak membaca basmalah ketika makan, minum, masuk dan keluar rumah, dan berjima’; yakni jika tidak disebut nama Allah, maka setan ikut serta di dalamnya.
[25] Bahwa kebangkitan dan pembalasan itu tidak ada, atau menyampaikan janji-janji palsu yang dihias.
[26] Maksud ayat ini adalah Allah menguji manusia dengan memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala cara dan kemampuan yang ada padanya; baik dengan perkataannya maupun tindakannya. Tetapi segala tipu daya setan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang beriman sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.
[27] Yakni yang mukmin. Syaikh As Sa’diy berkata, “Setelah Allah memberitahukan apa yang ingin dilakukan setan terhadap manusia, Allah menerangkan sesuatu yang dapat menjaga diri dari fitnah(godaan)nya, yaitu beribadah kepada Allah, menegakkan keimanan dan bertawakkal.”
[28] Bagi orang yang bertawakkal dan melaksanakan perintah-Nya.
[29] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan nikmat-nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya, berupa penundukkan-Nya untuk mereka kapal dan perahu, mengilhamkan kepada mereka cara membuatnya, penundukkan-Nya laut yang berombak besar sehingga mereka dapat berlayar di sana agar manusia memperoleh manfaat darinya seperti dapat menaikinya dan dapat mengangkutkan barang-barang mereka.
[30] Seperti dengan berdagang.
[31] Termasuk rahmat-Nya yang menunjukkan bahwa Dia yang satu-satunya berhak disembah adalah ketika mereka tertimpa bahaya di lautan, lalu mereka takut akan binasa karena ombak yang begitu besar, ketika itu hilanglah di pikiran mereka sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala di waktu aman sentosa, seakan-akan mereka tidak pernah berdoa kepada sesembahan-sesembahan itu karena mereka mengetahui bahwa sesembahan tersebut adalah lemah dan tidak mampu menghilangkan bahaya. Ketika itu, mereka berdoa dengan mengeraskan suara kepada Pencipta langit dan bumi yang diminta oleh semua makhluk ketika kondisi sulit. Saat itu, mereka memurnikan doa kepada-Nya serta merendahkan diri. Namun ketika Allah telah menghilangkan bahaya dari mereka dan menyelamatkan mereka ke daratan, mereka lupa kepada yang menyelamatkan mereka, yaitu Allah, bahkan menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang tidak mampu mendatangkan manfaat dan menolak bahaya, tidak kuasa memberi dan tidak kuasa menahan. Hal ini termasuk kebodohan manusia dan kekufurannya, karena manusia sangat sering kufur kepada nikmat Allah selain orang yang diberi-Nya hidayah dan dikaruniakan oleh-Nya akal yang sehat, di mana ia mengetahui bahwa yang menghilangkan bahaya dan menyelamatkannya itulah yang berhak diibadahi, baik di waktu sulit maupun di waktu lapang. Akan tetapi, orang yang ditelantarkan oleh Allah dan diserahkan dirinya kepada akalnya yang lemah, maka ia tidak melihat sewaktu susahnya selain maslahat untuk saat itu dan diselamatkan pada saat itu. Ketika ia selamat dan kesulitan hilang, maka ia mengira karena kebodohannya bahwa dia telah melemahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan tidak terlintas di hatinya akibat dari sikapnya itu di dunia, apalagi di akhirat. Oleh karena itu, pada ayat selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka apakah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan membenamkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil?”
[32] Seperti halnya yang menimpa Qarun.
[33] Seperti yang menimpa kaum Luth.
[34] Oleh karena itu, janganlah kamu mengira bahwa azab Allah hanya terjadi di lautan saja. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain…dst". (Terj. Al An’aam: 65)
[35] Dengan berlayar di lautan. Bahkan hal itu mungkin.
Alhamdulillah....
BalasHapus