Kamis, 28 Maret 2013

Tafsir Al Furqan Ayat 35-52

Ayat 35-40: Pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu, disebutkannnya kisah-kisah para nabi sebagai hiburan bagi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap gangguan yang menimpa Beliau dari kaumnya.

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَا مَعَهُ أَخَاهُ هَارُونَ وَزِيرًا (٣٥)فَقُلْنَا اذْهَبَا إِلَى الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَدَمَّرْنَاهُمْ تَدْمِيرًا (٣٦)وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا (٣٧) وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا (٣٨) وَكُلا ضَرَبْنَا لَهُ الأمْثَالَ وَكُلا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا      (٣٩) وَلَقَدْ أَتَوْا عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ أَفَلَمْ يَكُونُوا يَرَوْنَهَا بَلْ كَانُوا لا يَرْجُونَ نُشُورًا (٤٠

Terjemah Surat Al Furqan Ayat 35-40

35. [1]Dan sungguh, Kami telah memberikan kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).

36. Kemudian Kami berfirman kepada keduanya, "Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat kami[2].” Lalu Kami hancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya.

37. Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul[3]. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih[4];

38. Dan (telah Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass[5] serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu.

39. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan[6] dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.

40. Dan sungguh, mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui negeri (Sodom) yang (dulu) dijatuhi hujan yang buruk (hujan batu). Tidakkah mereka menyaksikannya[7]? Bahkan mereka itu sebenarnya tidak mengharapkan[8] hari kebangkitan.

Ayat 41-44: Di antara keburukan kaum musyrik dan kesesatan mereka, dan bahwa mereka mengikuti hawa nafsu sebagai pengganti dari mengikuti kebenaran.

وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ رَسُولا       (٤١) إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلا أَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَا وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلا (٤٢) أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلا (٤٣)أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلا كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلا (٤٤)

Terjemah Surat Al Furqan Ayat 41-44

41. Dan apabila mereka[9] melihat engkau (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan engkau sebagai ejekan (dengan mengatakan)[10], "Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul[11]?

42. [12]Sungguh, hampir saja dia menyesatkan kita dari sembahan kita[13], seandainya kita tidak dapat bertahan (menyembah)nya[14]." Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat mereka melihat azab[15], siapa yang paling sesat jalan-Nya[16].

43. Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya[17]. Apakah engkau akan menjadi penjaganya[18]?

44. [19]Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami[20]? Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya.

Ayat 45-52: Tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta, mengambil pelajaran dari apa yang disebutkan dalam Al Qur’an, dan peringatan dari mengikuti orang-orang kafir.

أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلا (٤٥) ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا (٤٦) وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا (٤٧)وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا (٤٨) لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا (٤٩) وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا (٥٠) وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَذِيرًا (٥١) فَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا (٥٢

Terjemah Surat Al Furqan Ayat 45-52

45. Tidakkah engkau memperhatikan[21] (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan sekiranya Dia menghendaki niscaya Dia jadikannya (bayang-bayang itu) tetap, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk (atas bayang-bayang itu)[22],

46. Kemudian Kami menariknya (bayang-bayang) itu kepada Kami sedikit demi sedikit[23].

47. Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha (mencari rezeki)[24].

48. Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan)[25]; dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih[26],

49. Agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak[27].

50. [28]Dan sungguh, Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara mereka agar mereka mengambil pelajaran[29]; tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat)[30].

51. [31]Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami utus seorang pemberi peringatan pada setiap negeri.

52. Maka janganlah engkau taati (keinginan) orang-orang kafir[32], dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al Quran) dengan (semangat) perjuangan yang besar.


[1] Di ayat selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sekilas kisah-kisah umat-umat terdahulu yang binasa yang sudah disebutkan secara panjang lebar di ayat yang lain untuk memperingatkan manusia agar mereka berhenti dari mendustakan Rasul mereka sehingga mereka akan tertimpa musibah seperti yang menimpa kaum-kaum yang binasa tersebut yang tidak jauh dari mereka dan mereka telah mengetahui kisahnya karena sudah masyhur, bahkan di antara mereka ada yang menyaksikan jejak peninggalan mereka dengan mata kepala seperti kaum Shalih di Hijr dan negeri yang telah dihujani dengan hujan batu. Mereka melewatinya dalam safar mereka, dan lagi umat-umat terdahulu tidaklah lebih buruk dari mereka (orang-orang kafir Quraisy), sedang rasul-rasul itu tidaklah lebih baik dari Rasul mereka (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam). Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-Kitab yang dahulu.” (Terj. Al Qamar: 43). Akan tetapi yang menghalangi mereka beriman padahal mereka menyaksikan ayat-ayat yang menunjukkan kebenarannya adalah karena mereka tidak berharap kebangkitan, tidak berharap bertemu dengan Tuhan mereka serta tidak takut terhadap siksa-Nya sebagaimana yang diterangkan dalam ayat 40 surah ini. Oleh karena itu, mereka masih tetap di atas sikap membangkang, padahal telah datang kepada mereka ayat-ayat yang tidak menyisakan keraguan, syubat, kemusykilan dan kebimbangan.

[2] Yaitu kaum Qibth (bangsa Mesir), mereka ini adalah Fir’aun dan kaumnya.

[3] Kaum Nuh dikatakan mendustakan para rasul, padahal yang diutus kepada mereka hanya Nabi Nuh ‘alaihis salam, karena barang siapa yang mendustakan seorang rasul, sama saja mendustakan semua rasul, karena yang dibawa para rasul adalah sama dalam hal ushulnya (pokok-pokok agamanya) meskipun syrariatnya berbeda-beda sesuai kondisi masing-masing.

[4] Di samping yang telah menimpa mereka di dunia.

[5] Rass adalah telaga yang sudah kering airnya. kemudian dijadikan nama suatu kaum, yaitu kaum Rass. Mereka menyembah patung, lalu Allah mengutus seorang nabi kepada mereka. Ada yang berpendapat, bahwa nabi tersebut adaah Syu’aib, dan ada yang berpendapat selain Nabi Syu’aib, wallahu a’lam.

[6] Dalam hal menegakkan hujjah kepada mereka, di mana mereka tidak dibinasakan kecuali setelah diberi peringatan.

[7] Dalam safar mereka ke Syam.

[8] Yakni tidak takut kepadanya sehingga mereka tidak beriman.

[9] Yang mendustakanmu dan menentang ayat-ayat Allah lagi bersikap sombong di bumi.

[10] Sambil merendahkannya.

[11] Hal ini disebabkan sikap zalim dan pembangkangan mereka yang sungguh keras serta hendak memutarbalikkan fakta. Dari ucapan mereka ini dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menurut mereka rendah, dan bahwa seandainya risalah itu diberikan kepada selainnya, maka lebih tepat. Ucapan ini tidaklah muncul kecuali dari orang yang paling bodoh dan paling sesat atau orang yang paling membangkang padahal tahu keadaan yang sebenarnya, di mana maksud ucapan itu adalah untuk menguatkan kebatilannya dengan cara mengkritik kebenaran dan orang yang membawanya. Padahal barang siapa yang memperhatikan keadaan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tentu dia akan mendapatkan bahwa Beliau orang yang cocok memegang kepemimpinan lagi orang yang paling cerdas di antara mereka, memiliki ilmu, ketenangan, akhlak yang mulia, ‘iffah (kesucian diri), keberanian, kedermawanan dan semua akhlak utama, sehingga orang yang menghinanya dan membencinya telah menggabung antara kebodohan, kesesatan, pertentangan, kezaliman dan sikap kelewatan. Cukuplah dia sebagai orang yang bodoh lagi sesat jika mencacatkan Rasul yang utama ini dan ksatria yang mulia ini.

[12] Maksud mereka mencacatkan Beliau dan menghinanya adalah agar mereka tetap istiqamah di atas kebatilan dan menipu orang-orang yang kurang akal.

[13] Dengan menyembah hanya satu Tuhan. Mereka mengira bahwa tauhid adalah kesesatan, dan bahwa syirk adalah petunjuk, oleh karenanya mereka saling berwasiat untuk bersabar di atas syirk.

[14] Sabar di semua keadaan adalah terpuji selain pada keadaan ini, maka dalam keadaan ini, sabar tersebut adalah sabar tercela, karena sabar untuk tetap di neraka.

[15] Dengan mata kepala mereka di akhirat.

[16] Mereka atau kaum mukmin.

[17] Apa yang diinginkan hawa nafsunya dia kerjakan. Yakni tidakkah engkau heran terhadap keadaannya dan melihat kesesatan yang ada pada dirinya, namun menurutnya ia berada dalam keadaan yang terbaik.

[18] Yang menjaganya dari mengikuti hawa nafsunya. Yakni Engkau (Muhammad) tidak berkuasa terhadapnya, engkau hanyalah pemberi peringatan dan engkau telah melakukan tugasmu, adapun hisabnya maka diserahkan kepada Allah.

[19] Kemudian Allah menghukumi mereka, bahwa mereka tidak dapat mendengar dan memahami. Demikian juga Dia menyamakan mereka dengan hewan ternak yang tidak mendengar apa-apa selain suara panggilan dan teriakan saja, mereka tuli, bisu dan buta, bahkan keadaannya lebih sesat daripada binatang ternak, karena binatang ternak itu apabila diarahkan oleh penggembalanya akan menurut dan apabila mengetahui jalan yang menjurus kepada kebinasaan, ia segera menjauhinya. Binatang ternak tersebut lebih pandai daripada mereka itu. Oleh karena itulah, bahwa orang yang menuduh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersesat layak memperoleh sifat itu dan bahwa hewan ternak justru lebih lurus jalannya daripada orang tersebut.

[20] Apa yang engkau sampaikan kepada mereka.

[21] Dengan penglihatanmu dan mata hatimu sempurnanya kekuasaan Tuhanmu dan luasnya rahmat-Nya, bahwa Dia memanjangkan bayang-bayang, yaitu ketika matahari belum terbit.

[22] Jika tidak ada matahari tentu tidak diketahui bayang-bayang itu, karena dengan mengenal kebalikan dari sesuatu, maka akan dikenal lawannya.

[23] Maksudnya, bayang-bayang itu Allah hapuskan dengan perlahan-lahan sesuai dengan naiknya matahari sedikit demi sedikit sehingga hilang secara keseluruhan.Yang demikian terdapat dalil sempurnanya kekuasaan Allah dan keagungan-Nya, sempurnanya rahmat dan perhatian-Nya kepada hamba-hamba-Nya, dan bahwa Dia saja yang satu-satunya berhak disembah lagi berhak mendapat seluruh pujian, yang berhak dicintai dan diagungkan, Pemilik kebesaran dan kemuliaan.

[24] Jika tidak ada malam tentu manusia tidak dapat merasakan ketenangan dan tentu mereka akan terus berbuat sehingga fisik mereka sakit, dan jika malam terus menerus, tentu mereka akan kesulitan mencari penghidupan, oleh karenanya karena rahmat-Nya Dia adakan siang untuk bangkit berusaha, bekerja, dll. sehingga banyak maslahat yang dapat tegak.

[25] Agar mereka mempersiapkan diri sebelum hujan deras turun.

[26] Yang membersihkan diri dari hadats dan kotoran (najis), di dalamnya terdapat suatu berkah di antara berkah-Nya, Dia menurunkannya untuk menghidupkan tanah yang mati lalu tumbuhlah berbagai macam tumbuhan dan pepohonan yang kemudian dimakan manusia dan hewan ternak.

[27] Bukankah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira dan menggerakkannya untuk berbagai kepentingan dan yang menurunkan air yang suci lagi diberkahi dari langit yang kemudian menjadi rezeki bagi manusia dan hewan ternak mereka Dialah yang berhak untuk diibadahi dan tidak disekutukan?

[28] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada manusia agar manusia mengenalinya, bersyukur dan mengingat-Nya, namun kenyataannya manusia enggan bersyukur karena sudah rusaknya akhlak dan tabi’at mereka.

[29] Bisa juga diartikan, “Agar mereka mengingat nikmat Allah.”

[30] Mereka tidak mengatakan perkataan yang benar, yaitu, “Kita diberi hujan karena karunia Allah dan rahmat-Nya,” tetapi malah mengatakan, “Kita diberi hujan karena bintang ini dan itu.”

[31] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang berlakunya masyi’ah (kehendak)-Nya, dan bahwa jika Dia menghendaki tentu Dia kirim seorang rasul di setiap kota untuk memberi peringatan, akan tetapi hikmah dan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kepada manusia menghendaki untuk mengutus Beliau kepada semua manusia; baik yang berkulit putih, hitam, coklat maupun yang berkulit merah, baik bangsa Arab maupun selainnya, manusia dan jinnya. Di antara hikmahnya adalah agar pahala Beliau semakin besar.

[32] Agar engkau meninggalkan tugasmu, bahkan berjihadlah melawan mereka dengan ilmu (Al Qur’an). Jika engkau melihat di antara mereka bersikap mendustakan dan berani terhadapmu, maka kerahkanlah kemampuanmu dan tidak berputus asa menunjuki mereka serta tidak meninggalkan dakwah karena keinginan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar