Kamis, 17 Januari 2013

Tafsir An Nisa Ayat 148-161

Juz 6

Ayat 148-149: Pengarahan tentang adab bermasyarakat, hukum mengucapkan kata-kata buruk secara terang-terangan, dan larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk kepada seseorang

لا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا (١٤٨) إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا (١٤٩

Terjemah Surat An Nisa Ayat 148-149

148. Allah tidak menyukai[1] perkataan buruk[2], (yang diucapkan) secara terang-terangan kecuali oleh orang yang dizalimi[3]. Allah adalah Maha Mendengar[4] lagi Maha Mengetahui[5].

149. Jika kamu menampakkan suatu kebajikan[6], menyembunyikannya atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain)[7], maka sesungguhnya Allah Maha Pema'af[8] lagi Maha Kuasa.

Ayat 150-152: Beriman kepada semua para rasul Allah adalah syarat sahnya iman dan ‘aqidah, dan akibat dari kekafiran dan buah dari keimanan

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلا (١٥٠) أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا (١٥١) وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ أُولَئِكَ سَوْفَ يُؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (١٥٢

Terjemah Surat An Nisa Ayat 150-152

150.[9] Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan[10] antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, "Kami beriman kepada sebagian[11] dan kami mengingkari sebagian (yang lain)", serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir),

151. Merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya[12]. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.

152. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya[13] dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka[14], kelak Allah akan memberikan pahala kepada mereka. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[15].

Ayat 153-161: Kejahatan orang-orang Yahudi dan gangguan yang mereka lakukan kepada para nabi mereka

يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَنْ تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُوا مُوسَى أَكْبَرَ مِنْ ذَلِكَ فَقَالُوا أَرِنَا اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ثُمَّ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ فَعَفَوْنَا عَنْ ذَلِكَ وَآتَيْنَا مُوسَى سُلْطَانًا مُبِينًا (١٥٣) وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّورَ بِمِيثَاقِهِمْ وَقُلْنَا لَهُمُ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُلْنَا لَهُمْ لا تَعْدُوا فِي السَّبْتِ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا (١٥٤)فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِآيَاتِ اللَّهِ وَقَتْلِهِمُ الأنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَقَوْلِهِمْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلا يُؤْمِنُونَ إِلا قَلِيلا (١٥٥) وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا (١٥٦) وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا (١٥٧) بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (١٥٨) وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا (١٥٩) فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا (١٦٠) وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا               (١٦١)

Terjemah Surat An Nisa Ayat 153-161

153. (Orang-orang) Ahli Kitab[16] meminta kepadamu agar kamu (Muhammad) menurunkan sebuah kitab dari langit kepada mereka[17]. Sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata, "Perlihatkanlah Allah kepada kami secara nyata." Maka mereka disambar petir karena kezalimannya. Kemudian mereka menyembah anak sapi[18], setelah mereka melihat bukti-bukti yang nyata, namun demikian Kami maafkan mereka[19], dan telah Kami berikan kepada Musa kekuasaan yang nyata[20].

154. Dan Kami angkat gunung (Sinai) di atas mereka[21] untuk (menguatkan) perjanjian mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka[22], "Masukilah pintu gerbang (Baitulmaqdis) itu sambil bersujud, " dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka, "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabat[23]", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.[24]

155. Maka (Kami hukum mereka)[25], karena mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah, serta karena mereka telah membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan karena mengatakan[26], "Hati kami tertutup." Sebenarnya, Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu hanya sebagian kecil dari mereka yang beriman[27].

156. Dan (Kami hukum juga) karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka yang sangat keji (zina) terhadap Maryam,

157. Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka[28], "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah[29]", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu siapa sebenarnya yang dibunuh itu, melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya,

158. Tetapi (sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya[30]. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

159. Tidak ada seorangpun di antara Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya[31]. Dan pada hari kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi terhadap mereka[32].

160. Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang baik-baik (yang dahulu) pernah dihalalkan[33]; dan karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah,

161. dan karena mereka menjalankan riba, padahal mereka sesungguhnya telah dilarang darinya[34], dan karena mereka memakan harta orang dengan cara yang batil[35]. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka azab yang pedih.


[1] Dia membenci, murka dan akan menghukum pelakunya.

[2] Perkataan buruk misalnya mencela orang, memaki, menuduh, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang, dan sebagainya. Mafhum ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menyukai perkataan yang baik, seperti dzikr, kata-kata yang baik dan lembut, dsb.

[3] Dengan mengemukakan kepada hakim atau penguasa keburukan-keburukan orang yang menzaliminya tanpa berdusta, menambah-nambah dan tidak sampai menyalahkan orang yang tidak berbuat zalim. Namun demikian, memaafkannya dan tidak membalasnya lebih utama.

[4] Karena ayat di atas membicarakan tentang perkataan yang buruk, demikian juga termasuk perkataan yang baik dan yang mubah, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa Dia Maha Mendengar, Dia mendengar perkataan kamu, oleh karena itu, berhati-hatilah kamu dari berkata-kata yang dapat membuat Tuhanmu benci sehingga kamu diberi hukuman. Dalam ayat ini juga terdapat dorongan untuk berkata-kata yang baik.

[5] Dia mengetahui niatmu dan sebab keluar perkataan itu.

[6] Kebajikan di sini mencakup perkataan dan perbuatan yang baik, nampak maupun tersembunyi, wajib maupun sunat.

[7] Baik menimpa badanmu, hartamu maupun kehormatanmu, lalu kamu memaafkannya.

[8] Dia memaafkan ketergelinciran hamba-hamba-Nya dan dosa-dosa mereka yang besar, Dia akan menutupinya dan akan memberikan maaf-Nya yang sempurna yang muncul dari kekuasaan-Nya. Dalam ayat ini terdapat dorongan untuk mendalami makna dari nama-nama-Nya dan sifat-Nya, dan bahwa mencipta dan memerintah muncul daripadanya serta menjadi konsekwensinya. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala setelah menyebutkan hukum mengakhirinya dengan Asmaa'ul Husna sebagaimana dalam ayat ini.

[9] Di antara orang mukmin dan orang kafir ada orang yang berusaha mengambil jalan tengah, yaitu orang yang beriman kepada Allah dan ingkar kepada rasul-rasul-Nya atau beriman kepada sebagian rasul dan ingkar kepada sebagian lagi. Mereka mengira bahwa hal itu dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah, padahal yang demikian hanyalah angan-angan kosong mereka. Orang yang beriman kepada Allah menghendaki untuk beriman kepada rasul-rasul-Nya, oleh karenanya barang siapa yang ingkar kepada salah satu rasul-Nya, maka sama saja ia telah ingkar kepada Allah dan mengingkari semua rasul.

[10] Maksudnya beriman kepada Allah, namun tidak beriman kepada rasul-rasul-Nya.

[11] Yakni sebagian rasul.

[12] Agar tidak ada kesan bahwa mereka berada di tengah-tengah antara keimanan dan kekafiran.

[13] Semuanya. Beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya mencakup beriman kepada semua yang diberitakan Allah tentang Diri-Nya dan mengimani semua yang dibawa para rasul berupa berita dan hukum-hukum.

[14] Bahkan mengimani semuanya.

[15] Dia mengampuni semua kesalahan dan menerima semua kebaikan.

[16] Yakni orang-orang Yahudi.

[17] Sebagaimana Taurat dan Injil yang diturunkan sekaligus. Permintaan mereka ini merupakan kezaliman dan kebodohan, karena rasul adalah manusia; hamba yang diatur, dia tidak memiliki kekuasaan apa-apa, bahkan semua urusan ada di Tangan Allah, Dia mengutus dan menurunkan sesuai yang dikehendaki-Nya. Adapun sikap mereka menjadikan pemisah antara yang hak dan yang batil dengan melihat apakah kitab itu diturunkan secara sekaligus atau tidak hanyalah dakwaan yang tidak memiliki dalil dan munasabah (kesesuaian). Bahkan diturunkannya Al Qur'an secara bertahap sesuai kondisi menunjukkan keagungan Al Qur'an dan perhatian Allah kepada orang yang diturunkan kepada Al Qur'an, sebagaimana firman Allah, "Orang-orang kafir berkata, "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah agar Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).--33. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya." (Terj. Al Qur'an: 32-33)

Setelah Allah menyebutkan permintaan mereka di atas yang menunjukkan keburukan mereka, Allah menjelaskan bahwa yang demikian tidaklah asing, bahkan ada perbuatan-perbuatan buruk mereka yang lebih parah lagi dari permintaan itu, di antaranya:

- Permintaan mereka untuk melihat Allah secara langsung,

- Penyembahan mereka kepada anak sapi setelah mereka melihat bukti-bukti yang nyata (mukjizat) yang tidak disaksikan oleh selain mereka.

- Keengganan mereka menerima hukum-hukum Taurat sampai diangkat gunung Sinai ke atas kepala mereka. Mereka diancam, bahwa jika mereka tidak mau menerimanya, maka akan dijatuhkan gunung tersebut kepada mereka, hingga akhirnya mereka mau menerima nampak seperti terpaksa.

- Keengganan mereka memasuki pintu gerbang Baitulmaqdis sambil bersujud dan meminta ampunan, bahkan mereka menyelisihi perintah itu baik dengan kata-kata maupun dengan sikap.

- Melanggar peraturan mengenai hari Sabat. Oleh karena itu, Allah menghukum mereka dengan hukuman yang menghinakan; menjadikan mereka sebagai kera yang hina.

- Melempar perjanjian yang telah diambil dari mereka ke belakang punggungnya.

- Kafir kepada ayat-ayat Allah.

- Membunuh para rasul tanpa alasan yang benar.

- Pernyataan mereka, bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa 'alaihis salam dan telah menyalibnya, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya. Yang mereka bunuh dan salib adalah orang yang dimiripkan dengan Nabi Isa 'alaihis salam.

- Pernyataan mereka, bahwa hati mereka terkunci; tidak memahami dan tidak mengerti apa yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sampaikan.

- Menghalangi manusia dari jalan Allah, menghalangi manusia dari kebenaran dan mengajak mereka agar bersama di atas kesesatan.

- Memakan harta haram dan riba.

Semua ini dapat dibaca dari ayat 153-161 di atas.

[18] Anak sapi itu dibuat mereka dari emas, lalu mereka sembah.

[19] Dan tidak Kami musnahkan.

[20] Yakni terhadap kaumnya. Oleh karena itu, ketika Beliau memerintahkan mereka membunuh diri mereka sebagai tobatnya, mereka pun menurutinya.

[21] Untuk menakuti mereka agar mereka menerima perjanjian itu.

[22] Sedangkan gunung itu masih di atas kepala mereka.

[23] Hari Sabat adalah hari Satu, hari khusus untuk beribadah bagi orang Yahudi.

[24] Namun mereka tidak mau memenuhinya.

[25] Hukuman kepada mereka adalah dengan mengutuk mereka, mereka disambar petir, menjelmakan mereka menjadi kera, dan sebagainya.

[26] Kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

[27] Seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya.

[28] Dengan bangga.

[29] Mereka menyebut Isa putera Maryam itu Rasul Allah ialah sebagai ejekan, karena mereka sendiri tidak mempercayai kerasulan Isa itu.

[30] Ayat ini adalah sebagai bantahan terhadap anggapan orang-orang Yahudi, bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa a.s.

[31] Ada yang menafsirkan, bahwa dhamir (kata ganti nama) dari kata "mautihii" kembalinya kepada Ahli Kitab, yakni bahwa Ahli Kitab akan beriman kepadanya ketika menyaksikan malaikat maut, namun beriman ketika itu tidaklah bermanfaat. Ada pula yang menafsirkan, bahwa dhamir "hii" (dia) kembalinya kepada Nabi Isa 'alaihis salam, sehingga maksudnya adalah bahwa sebelum meninggalnya Nabi Isa 'alaihis salam setelah turunnya ke dunia menjelang hari Kiamat, setiap Ahli Kitab akan beriman kepadanya sebagaimana disebutkan dalam hadits. Turunnya Nabi Isa 'alaihis salam adalah salah satu di antara tanda-tanda hari kiamat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

« وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَماً مُقْسِطاً فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ ، وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ » .

“Demi Allah yang diriku di Tangan-Nya, pasti akan turun kepada kamu putera Maryam (Isa) sebagai hakim yang adil, ia akan mematahkan salib, membunuh babi, meniadakan pajak dan harta akan melimpah ruah sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerimanya.” (HR. Bukhari)

Kata-kata “sebagai hakim yang adil” maksudnya adalah bahwa ia akan turun sebagai hakim yang memutuskan dengan syari’at Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kata-kata “akan mematahkan salib” maksudnya ia benar-benar mematahkan salib dan membatalkan anggapan Nasrani bahwa dirinya memuliakan salib.

Sedangkan kata-kata “meniadakan pajak” maksudnya adalah bahwa ketika itu orang-orang masuk ke dalam Islam, sehingga tidak ada lagi ahludz dzimmah yang membayar pajak, karena mereka semua masuk Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa ketika Nabi Isa ‘alaihis salam turun, harta melimpah ruah sehingga tidak ada lagi orang yang mungkin diberi harta jizyah, akhirnya jizyah (pajak) ditinggalkan. Ada juga yang berpendapat bahwa hadits di atas menunjukkan bahwa syari’at jizyah berlaku sampai turunnya Nabi ‘Isa (lih. Fat-hul Bari).

Ibnu Ishaq berkata, "Nabi ‘Isa ‘alaihis salam berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar ajalnya ditangguhkan, agar dia dapat menyampaikan dakwah, menyempurnakan dakwahnya dan memperbanyak orang masuk ke dalam agama Allah.”

Oleh karena itu, setelah Nabi Isa ‘alaihis salam turun ke dunia dan mengajak manusia kepada Islam, banyak orang-orang yang masuk Islam, bahkan sebelum wafatnya Nabi Isa ‘alaihis salam nanti, semua ahlul kitab akan beriman kepadanya dengan memeluk Islam (lih. Surat Al Maa’idah: 159)

Nabi ‘Isa tinggal di bumi setelah turunnya selama tujuh tahun, lalu wafat. Jika ditambah dengan umur ketika ia belum diangkat ke langit adalah tiga puluh tiga tahun. Sehingga umur Beliau adalah 40 tahun di bumi, hal ini sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir dalam Al Bidayahnya.

[32] Tentang sikap mereka terhadapnya ketika Beliau diutus kepada mereka.

[33] Lihat surat Al An'aam: 146.

[34] Larangan memakan riba disebutkan dalam Taurat.

[35] Seperti menerima suap dalam hukum.

1 komentar: